Wellcome

Wellcome

Rabu, 03 Desember 2014

PROPOSAL HASIL OBSERVASI HOME SCHOOLING “SEKOLAH DOLAN”

Oleh: Novia Nur Fadilah

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Evaluasi
Pendidikan merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena melalui pendidikan seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan dan diterapkan pada kehidupannya.
Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di sekolah formal. Padahal pendidikan di sekolah formal tidak sepenuhnya bisa memberikan apa yang diharapkan oleh orang tua terhadap anaknya. Pendidikan formal sering kali memberikan rasa jenuh kepada anak, jam pelajaran yang berlebihanlah yang mungkin menjadi penyebabnya.
Nilai-nilai moral, iman dan taqwa serta pendidikan yang bermutu sering kali diberikan dipendidikan formal, meskipun sudah diberikan di sekolah akan tetapi masih banyak menciptakan generasi bangsa yang tidak bermoral dan tidak berakhlak baik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya generasi-generasi muda yang melakukan tindakan-tindakan tidak baik seperti tawuran, membolos, menggunakan obat-obatan terlarang dan membentuk geng-geng motor yang anarkis.
Dari bentuk kekecewaan orang tua tersebut diatas maka muncul ide-ide dari orang tua untuk memberikan pendidikan untuk anaknya di rumah. Pendidikan ini biasa disebut homeschooling. Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah (homeschooling) tidak hanya menumbuhkan keinginan belajar secara fleksibel pada anak, namun juga mampu menumbuhkan karakter moral pada anak. Pasalnya, dengan menyerahkan proses belajar sebagai hak anak untuk mendapatkan pendidikan, akan mendorong anak untuk belajar berdisiplin dan bertanggung jawab, terhadap segala kegiatan belajar yang telah dilakukannya.
Sistem ini terlebih dahulu berkembang di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya di dunia. Belakangan ini banyak orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal sehingga menjadikan homeschooling sebagai alternatif proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang diperhatikan.
Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia telah memiliki komunitas penyelenggara untuk lembaga pendidikan semacam itu yang dikoordinasi oleh Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena). Sekolah Dolan yang terletak di kawasan Perumahan Tidar Malang merupakan salah satu lembaga penyelenggara homeschooling yang dikenal dan merupakan salah satu best practice untuk lembaga pendidikan tersebut

B.       Tujuan Evaluasi
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang:
1.    Mengetahui sejarah singkat homeschooling sekolah dolan.
2.    Mengetahui perkembangan homeschooling di Indonesia.
3.    Mengetahui proses pembelajaran homeschooling .
4.    Mengetahui mengapa homeschooling menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak.
5.    Mengetahui kelebihan homeschooling.
6.    Mengetahui kelemahan homeschooling.

C.      Aspek-aspek yang dievaluasi
  1. Aspek intelektual adalah kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. menggunakan akal budi untuk melakukan penilaian tentang benar tidaknya sesuatu sehingga terjadi pertimbangan yang matang dalam menghadapi masalah atau mengambil keputusan. Dengan adanya homeschooling sekolah dolan, peserta didik diajak untuk tekun dalam belajar supaya mampu menghadapi tantangan global dimasa depan oleh karena itu pendidik memberikan bekal pendidikan, ketrampilan dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik untuh diasah menjadi bekal yang berguna untuk kehidupan peserta didik dimasa datang dan mampu menghadapi masalah yang ada dikehidupan masa depan.

  1. Aspek emosional adalah setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya serta mampu mengendalikan perasaan dengan cara yang tepat dan ditujukan pada orang yang tepat. Pada homeschooling sekolah dolan peserta didik diajarkan untuk percaya atas kemampuan diri sendiri, sehingga mereka mampu mengembangkan bakat yang dimilikinya.
  2. Aspek sosial adalah mampu menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga berhasil menjalin komunikasi dua arah dengan orang lain. Dalam proses pembelajaran di homeschooling sekolah dolah, pendidik mengajarkan hal-hal yang sesuai dengan kemauan atau bakat minat yang dimiliki oleh peserta didik sehingga membuat mereka mampu bergaul dengan teman sebaya maupun dengan yang berbeda usia. Dengan melakukan proses belajar dan mengajar yang inovatif tersebut membuat siswanya lebih mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya seniri.
  3. Aspek spiritual adalah memiliki hubungan yang terjalin dengan Allah yang Mahakuasa, atau bagaimana penghayatan seseorang terhadap apa yang terbaik bagi Tuhan dan apa yang dikehendaki-Nya. Di homeschooling sekolah dolan, peserta didik dibekali ilmu agama agar peserta didik selalu bersyukur kepada Allah SWT. Dengan adanya ilmu agama membuat peserta didik berbuat baik terhadap sesama makhluk ciptaan.

Program Homeschooling disekolah dolan
  1. Pengertian homeschooling sekolah dolan.
Pendidikan alternatif berbasis rumah yang dilaksanakan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun di mana proses pendidikan hampir sepenuhnya depegang oleh orang tua. System pendidikan homeschooling menempatkan anak sebagai subjek dengan menggunakan pendekatan secara at home.
2.      Syarat – syarat menjadi tutor /pengajar disekolah dolan untuk homeschooling.
Syarat untuk menjadi tutor atau pengajar homeschooling disekolah dolan tidaklah sulit yang penting adanya kemauan dan keniatan. Apabila komponen tersebut sudah ada maka kepala sekolah dolan akan mengadakan pembinaan dan training selama dua minggu berturut –turut agar dapat menjadikan tutor yang berkompeten dan berkualitas seuai yang di butuhkan peserta didik. Dalam pembinaan dan training di beri metode dan cara menghadapikarakter – karakter peserta didik, serta pembelajaran apa yang sesuai digunakan untuk peserta didik.
3.      Sarana dan prasarana yang di gunakan.
Sarana dan prasarana yang digunakan dalam homeschooling sekolah  Dolan yaitu mulai dari ruang dan peralatan bermain serta tempat belajar yang tidak terbatas untuk proses pembelajaran peserta didik.
4.      Peserta pendidikan jarak jauh di sekolah dolan.
Peserta yang mengikuti program homeschooling di sekolah dolan sudah mencapai lebih dari 30 orang itu sudah menyebar seluruh wilayah Indonesia.






















BAB II
METODE EVALUASI

D.      Rancangan evaluasi
Rancangan evaluasi di homeschooling sekolah dolan ini dengan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas sosial.
Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metedologis. masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang  sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasa yang tak terbatas. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif,  adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
E.       Objek evaluasi
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Objek evaluasi pendidikan dilihat dari aspek inputnya, maka objek dari evaluasi pendidikan itu sendiri meliputi tiga aspek, yaitu:
1.  Aspek Kognitif (Kemampuan)
Kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan sebagai calon dokter tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi dengan jurusan fisika. Adapun alat yang biasa digunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude tes)
2.  Aspek Psikomotor (Kpribadian)
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang menampakkan bentuknya dari tingkah lakunya. Sebalum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik burukya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseoarng adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality test).
F.   Aspek Afektif (Sikap)
Sikap pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperoleh informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Karena itu maka aspek sikap tersebut perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
Disini eneliti melakukan wawancara observasi dengan pendiri homeschooling sekolah dolan yaitu Lukman Hakim yang juga pernah menempuh pendidikan S1 teknik di Universitas Negeri Malang.

G.      Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Di dalam homeschooling sekolah dolan ini peneliti menggunakan pengumpulan data berupa catatan observasi yang sumbernya adalah pendiri homeschooling sekolah dolan yaitu lukman hakim. Serta menggunakan alat yaitu berupa handphone untuk merekam percakapan ketika wawancara berlangsung serta dokumentasi foto pada tempat dilakukan observasi.



Description: C:\Users\Finda\Videos\finda\foto rumah dolan\20141024_112237.jpg
Proses observasi dengan pendiri atau kepala Sekolah Dolan


Sarana prasarana di Sekolah Dolan

Description: Sekolah Dolan

Proses pembelajaran di Sekolah Dolan

H.      Teknik analisis data
Hasil observasi data yang saya dapatkan di sekolah dolan berupa penjelasan tentang homeschooling disekolah dolan. Homeschooling merupakan sebuah pendidikan alternatif yang dilakukan oleh orang tua yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak; sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.
Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.
Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua peserta homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan anaknya.
Profil Program
Homeschooling
A.    Latar belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok dalam perkembangan setiap individu untuk memperoleh peningkatan kualitas hidup sebagai manusia yang seutuhnya. Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada pola pendidikan yang berkembang pada bangsa tersebut sebagai dasar pembentuk karakteristiknya. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki individu-individu yang mampu menerapkan sikap hidup yang disiplin, tangguh, mandiri dan kreatif sebagai hasil dari proses pendidikan yang berkesinambungan.
Sistem persekolahan yang terbangun saat ini belum mampu menunjukkan suatu pelayanan yang baik bagi masyarakat.Sekolah masih terjebak dalam formalisme yang luar biasa, dengan jadwal belajar yang sangat kaku, dan amat berorientasi pada kurikulum dan guru, bukan pada anak. Banyak orangtua yang tidak puas dengan hasil sekolah formal karena hanya berorientasi pada nilai rapor (kepentingan sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak juga kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak ditentukan oleh teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih cerdas. Keadaan demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu muncul ide dari orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya di rumah. Dalam perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah rumah (homeschooling).
Homeschooling lahir dari harapan agar peserta didik mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Selama ini potensi peserta didik kurang maksimal salah satunya disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal hanya menggunakan metode satu arah, dimana hanya guru saja yang berbicara, itu adalah suatu hal yang dapat membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan dan tidak bisa menikmati proses pembelajaran yang berjalan. Jika peserta didik tidak menikmati proses pembelajaran maka materi yang disampaikan guru tidak akan bisa dipahami oleh peserta didik. pendidikan memerlukan suatu pembinaan karakter baik dari berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah, dan dalam suatu sikap maupun tindakan diperlukan karakter yang baik dan juga sopan.
Tidak menutup kemungkinan terdapat suatu kekurangan dari sekolah rumah (homeschooling) ini. Seorang anak atau siswa yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat, kurangnya memiliki rasa empati terhadap sesama manusia di sekitarnya. Sedangkan bersosialisasi atau berinteraksi dan empati ini merupakan contoh dari karakter siswa.
Dengan menggunakan homeschooling ini masalah sistem pendidikan yang masih belum berjalan dengan baik. Pengaplikasian konsep homeschooling dalam implementasi pendidikan formal akan lebih memfokuskan kepada anak/peserta didik sebagai subjek pendidikan. Pada akhirnya apabila homeschooling ini dapat dilaksanakan maka pendidikan yang berkualitas dan kompeten akan dapat terpenuhi sehingga tujuan dari pendidikan akan tercapai.
B.     Tujuan
Ada berbagai tujuan orang tua memilih homeschooling untuk tempat pembelajaran bagi anaknya yaitu:
a.       Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur homeschooling.
b.       Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup.
c.       Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.
d.      Membentuk anak agar menjadi individu mandiri dan terampil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

C.    Materi
Di dalam homeschooling materi atau bahan ajar untuk masing-masing peserta didik ditentukan melalui kesepakatan antara pihak guru atau pendidik dari homeschooling dengan masing-masing orang tua dari peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Para orang tua memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum dan bahan ajar yang digunakan sebagai acuan. Kurikulum akan menentukan pola pendidikan dalam Homeschooling dan menentukan tahap- tahap belajar peserta didik. Keluarga Homeschooling dapat menggunakan kurikulum berbentuk bahan paket (bundle), bahan terpisah (unbundle) ataupun dengan menggunakan bahan yang dibeli dengan kreatifitas sendiri.
Mendaftarkan anak pada grup hobi atau kursus uga bisa menjadi pilihan. Dengan internet dan teknologi audio-visual yang semakin berkembang juga merupakan sarana belajar anak yang dapat mendukung perkembangan anak yang bisa digunakan dalam Homeschooling. Pemberian sarana prasarana yang layak, berkualitas dan terarah akan menimbulkan motivasi belajar tersendiri pada peserta Homeschooling dan juga dapat memberikan rasa nyaman dan senang dalam peserta didik dalam proses pembelajaran. Untuk memilih kurikulum ada beberapa hal yag perlu diperatikan: 1) orientasi akademis, 2) nilai keluarga, 3) gaya belajar dan 4) kemampuan finansial.
Dalam Homeschooling terdapat bebeapa model pembelajaran, diantaranya:
·       The Montessori Approach
Model  pembelajran ini dengan mengamati interaksi anak – anak di lingkungan sehingga anak – anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
·       Unshooling  Approach
Model pembelajran ini berkenyakinan bahwa pada dasarnya setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Melalui metode unshooling anak senantiasa terlibat aktif untuk belajar dan memiliki semangat belajr yang tinggi.
·       The Elactic Approach
Model ini memberikan kesempatan kepada orang tua sepenuhnya untuk mendisain homeschooling dengan memilih,mengembangkan dan menggabungkan dengan sistem yang  ada.
D.      Peserta
Peserta didik di homeschooling adalah anak-anak prasekolah,SD,SMP dan SMA yang berumur sekitar 3-17 tahun dan  memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.

E.       Narasumber
Dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik pengajar harus memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian mengajar dalam bidang pendidikan, kebanyakan tenaga pendidik homeschooling yaitu orang yang mempuyai ijazah S1. Tugas tenaga pendidik homeschooling pada dasarnya sama dengan tugas guru pada umumnya yaitu bertugas memfasilitasi anak untuk proses pembelajaran. Untuk menjadi seorang tenaga pendidik homeschooling diperlukan:
·                Sabar
Kesabaran adalah modal utama orangtua untuk mendampingi anak belajar sepanjang waktu di rumah. Jika orang tua tidak sabar maka naka justru akan menjadi korban dari ego orang tua sendiri yang seharusnya menjadi pendamping anak belajar. Dalam mendampingi anak terus-menerus mungkin akan muncul rasa lelah dan bosan, kebosanan ini perlu dihilangkan atau diatasi demi kebaikan anak. Salah satu cara untuk mengatasinya bisa dengan bertemu orangtu lain yang melakukan Homeschooling pada ana mereka. Dengan cara ini orang tua bisa saling berbagi dan mengikatkan emosional satu sama lain. Berbagi dengan orangtua lain dalam sebuah komunitas bisa mengatasi kebosanan dan menguatkan kesabaran antar orangtua yang melakukan Homeschooling pada keluarga masing-masing.
·       Mau Mendengar dan Bernegosiasi.
Menjadi pendengar adalah pekerjaan yang tidak sederhana dan gampang, karena banyak orang pandai berbicara akantetapi bukan seorang pendengar yang baik dan menyenangkan. Ketika orangtua memutuskan menjadi pendamping anak dalam belajar dalam Homeschooling, orangtua atau seorang tutor harus menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak. Apapun keinginan anak-anak harus memberinya peluang untuk berbicara dan menyatakan keinginan mereka. Setelah anak berbicara barulah orangtua atau tutor mengajukan pilihan-pilihan pada anak, memilih pilihan dan mempertimbangkan resiko yang harus diambil dari pilihan yang diberikan merupakan tahap penting dari proses pendewasaan anak.
·       Memahami Kebutuhan dan Keinginan Anak.
Memahami disini memiliki arti lebih dari mengetahui. Setelah orangtua atau tutor memahami keinginan anak, perlu melibatkan eosi dan konsentrasi yang lebih dibandingkan ketika mengetahui keinginan anak. Dalam memahami keinginan anak orangtua harus memiliki kecermatan yang lebih untuk memahami keinginan anak. Untuk memahami keinginan anak, orangtua perlu memahami keinginan anak dari sudut pandang anak, agar lebih mengerti dan mudah memahami apapun keinginan anak.
·       Mengetahui Kemampuan dan Ketertarikan Anak.
Pada dasarnya setiap anak adalah pembelajar, setiap anak memiiki kemampuan dan minat belajar. Pada perkembangan anak orangtua akan menyadari bahwa anak memilki ketertariakan dan kemampuan yang menonjol pada satu atau dua bidang tertentu, sesuatu yang disukai anak dan tidak pernah merasa bosan melakukannya meskipun dilakukan dalam waktu yang sangat lama. Untuk mengetahui kemampuan dan ketertarikan anak orangtuan perlu sedikit konsentrasi dan terus perhatian hingga mengetahui dalam bidang apa anak memiliki kemampuan dan ketertarikan. Jika orangtua telah mengetahuinya, orangtua perlu mengarahkan dan mendampingi anak untuk mealakukannya hingga anak menguasai demi mewujudkan impian terbesarnya.
·       Tahu Benar Kondisi Fisik, Psikis, dan Mood Anak.
Orangtua dan tutor dalam Homeschooling dituntut untuk mengetahui kondisi anak juga dituntut untuk memahami kondisi psikis dan mood anak dalam belajar. Ketidak pahaman mood dan psikis anak bias menjadi masalah serius dalam proses pembelajaran anak. Kondisi anak yang terbaik untuk belajar adalah ketikan anak bersemangat untuk belajar. Mengatahui anak ketika sedang bersemangat adalah hal yang wajib sebagai orangtua atau tutor dalam Homeschooling, memahami bahasa tubuh anak juga perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, mengetahui kapan harus belajar dan berhenti belajar akan memberikan anak kesenangan tersendiri untuk belajar tanpa ada unsure paksaaan dari orangtua atau dari seorang tutor Homeschooling.
·       Aktif Dalam Seminar Homeschooling.
Seminar bertema Homeschooling sering dilakukan oleh beberapa perkumpulan atau instansi Homeschooling. Dengan sering mengikuti seminar dan berkumpul denga sesame orang tua yang melakukan Homeschooling akan memberikan informasi penting agar tidak ketinggalan perkembangan metode pembelajaran anak.

F.     Jadwal
            Dalam pembuatan jadwal belajar peserta didik terlebih dahulu harus ada kesepakatan antara pihak homeschooling dengan orang tua peserta didik setelah itu mencari model yang cocok untuk anak-anak pola kegiatan keluarga. Proses pembelajaran Homeschooling pada dasarnya dilakukan oleh orang tua dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya.
            Jadwal kegiatan terkadang juga bisa diganti jika model yang ada dirasa kurang efektif karena berbagai alasan: terlalu longgar, terlalu padat, terlalu rumit dan  kurang menantang. Contoh model kegiatan pembelajaran yaitu dengan menggunakan jadwal harian menggunakan poin.
Waktu yang cukup bagi anak untuk melakukan aktivitas yang menjadi passion pribadinya itu sangat penting. Tidak ada takaran pasti tentang jumlah waktu yang bisa kita sediakan untuk mereka karena kebutuhan tiap anak berbeda. Karena dengan waktu untuk sendiri ini anak akan bisa mengembangkan kreativitasnya, menyalurkan kecerdasan pribadinya, dan mengembangkan otoritasnya.
Tidak seperti anak yang selalu dikendalikan jadwal belajar tiap waktunya. Anak yang selalu dikendalikan jadwal belajar dan aktivitasnya tidak akan mampu mengembangkan kreativitas yang berasal dari pemikiran originalnya, juga tidak bisa belajar menyalurkan otoritasnya. Anak yang demikian akan selalu belajar bahwa dirinya diatur oleh orang lain, dia tidak bisa belajar mengatur dirinya sendiri.
            Di homeschooling waktu akan sangat terasa sangat banyak, karena anak tidak sepanjang hari berada di sekolah, dan tugas yang diberikan tidak sebanyak yang diberikan di sekolah. Lingkungan yang nyaman, waktu yang flexible membuat anak akan cepat belajar, dan prestasi yang didapatkan akan melebihi dari sekolah.

G.    Struktur Organisasi

Keuangan
 
Siswa
 
Tentor tetap
 
Tentor honorer
 
Kepala Sekolah
 
Psikolog
 
Akademik
 
Marketing
 
                                                                                                   












Gambar.1
Contoh struktur organisasi Homeschooling

Laporan Evaluasi Program
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Keluarga adalah lembaga terkecil dimana sebuah kehidupan dimulai. Pada saat yang sama dimulailah pendidikan. Setiap anggota keluarga belajar dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mampu menjadi mampu. Pada dasarnya, pendidikan di dalam keluarga merupakan suatu interaksi yang berkesinambungan. Bukan hanya anak-anak yang belajar dari orang tua, melainkan orang tua pun belajar dari anak-anaknya. Jika pendidikan di dalam keluarga tidak berjalan dengan baik, maka baik anak maupun orang tua akan mengalami kegamangan.
Jika kita berpijak pada konsep bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi manusia, maka sekolah yang kita kenal sekarang adalah institusi pendidikan yang merupakan formalitas dari sebuah proses pendidikan. Artinya, sebuah proses pendidikan dibuat terstruktur dan mengikuti standar-standar baku tertentu. Sekolah formal diselenggarakan sebagai bentuk tanggung jawab Negara terhadap hak pendidikan warga negaranya. Karenanya tujuan pendidikan yang ditetapkan bersifat massal.
Konsekuensi dari pendidikan massal biasanya tidak memprioritaskan kebutuhan atau potensi anak secara individual. Oleh karenanya muncul model pendidikan alternatif yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan individual anak. Salah satu modelnya adalah Sekolahrumah atau yang lebih dikenal dengan istilah Homeschooling.
 Homeschooling mulai menjadi satu pilihan keluarga atau orang tua yang terutama disebabkan oleh adanya pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian pendidikan bagi anak-anaknya, atau karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anaknya di rumah.
Homeschooling adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/di rumah atau tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Dalam Homeschooling, syarat yang paling penting adalah peranan penuh tanggung jawab dan komitmen dari orang tua yang merupakan kunci dan keberhasilan Homeschooling.
Kebijakan hukum di Indonesia mengklasifikasikan Homeschooling ke dalam tiga format sesuai dengan tujuan, kondisi dan kebutuhan masing-masing keluarga yaitu Homeschooling tunggal, Homeschooling majemuk dan Komunitas Homeschooling.
Homeschooling tunggal dan Homeschooling majemuk harus mendaftarkan diri kepada Dinas Pendidikan setempat melalui Kasubdin yang membidangi Pendidikan Luar Sekolah. Sedangkan ijin badan hukum yang menaungi Komunitas Homeschooling antara lain adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), PT atau Yayasan.
Homeschooling Tunggal dan Homeschooling Majemuk merupakan jalur pendidikan informal. Menurut UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, Pasal 27 ayat (1) : “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”. Pengaturan penilaian pendidikan informal sesuai UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003, Pasal 27 ayat (2) yaitu hasil pendidikan informal dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal dan pendidikan nonformal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

B.        Tujuan Program
Program Homeschooling Sekolah Dolan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya pendidikan alternatif untuk anak, agar bisa mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang anak.

C.       Sasaran Program
Homeschooling sekolah dolan diperuntukkan bagi siswa TK, SD, SMP, SMA dan anak berkebutuhan khusus (ABK).


 BAB II
Metode Monitoring dan Evaluasi

A.      Jenis dan Pendekatan
Model evaluasi yang digunakan dalam memonitoring program ini adalah model evaluasi Context-Input-Process-Product (CIPP). Tujuannya adalah untuk  mengumpulkan informasi yang akurat dalam  pengambilan keputusan lebih lanjut guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan program Homeschooling di masa yang akan datang. Model CIPP digunakan karena dibutuhkan ketersediaan informasi yang akurat dan menyeluruh.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendapatkan hasil monitoring dan evaluasi yang mendalam dan komprehensif sedangkan Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan hasil observasi menggunakan metode wawancara dengan disertai dokumentasi dari proses observasi.

B.     Tahapan monitoring dan evaluasi
Fokus monitoring dan evaluasi berdasarkan tahapan monitoring dan evaluasi Context-Input-Process-Product dikemukakan sebagai berikut:
a. Penilaian konteks meliputi profil TKB (tempat kegiatan belajar), latar belakang program Homeschooling, sistem pendidikan di homeschooling sekolah dolan, mengetahui hambatan dan upaya untuk mengatasi dalam membentuk sikap sosial pada anak di homeschooling sekolah dolan.
b. Penilaian input meliputi peserta didik, kurikulum, bahan ajar, guru dan tenaga administrasi serta sarana belajar. Data dikumpulkan selama tahap penilaian digunakan sebagai pengambil keputusan.
c.    Penilaian proses adalah kegiatan penilaian selama pelaksanaan  pendidikan. Penilaian ini berkaitan langsung dengan  pelaksanaan tutorial,  aktivitas belajar, penggunaan media pembelajaran, kemanfaatan laboratorium, kunjungan kepala sekolah, pemberian jenis tugas,  fasilitas guru pamong,  dan fasilitas guru bina.
d.  Penilaian produk/output, berhubungan dengan hasil pelaksanaan program. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh  pelaksanaan program Homeschooling Sekolah Dolan telah berhasil mencapai tujuan berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yang meliputi  hasil belajar peserta didik, nilai rerata dan jumlah kelulusan dalam ujian nasional.
Dasar kegiatan dalam evaluasi program pelaksanaan rintisan Homeschooling Sekolah Dolan ini melalui tahapan-tahapan konteks, input, proses dan produk.  Penggunaan model CIPP dalam evaluasi program ini karena:
1. Dengan model CIPP, maka kegiatan evaluasi pelaksanaan program Homeschooling   Sekolah Dolan dapat dilakukan perbandingan yang mendasar antara data di lapangan dengan standar yang ditentukan.
2.   Dapat membuat evaluasi dan penilaian tentang pelaksanaan Homeschooling Sekolah Dolan dilihat dari indikator konteks, input, proses dan produk/output.
3.     Dengan model CIPP, indikator konteks, input, proses dan produk/output yang dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang ditentukan.

C.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan, yang kemudian dibandingkan dengan standar pengelolaan Homeschooling Sekolah Dolan yang telah disusun oleh Pustekom dan Dikmenum sebagai pedoman pelaksanaan.
Subjek informan dalam monitoring evaluasi  ini adalah kepala sekolah Homeschooling Sekolah Dolan yaitu bapak Lukman Hakim beserta jajaran staff dan pendidik yang membantu dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dalam monitoring  evaluasi ini terdiri dari: (1) wawancara terbuka dan mendalam; (2) observasi/ pengamatan langsung; dan (2) dokumen tertulis.
Sasaran yang menjadi pengamatan untuk kegiatan monitoring evaluasi  ini meliputi proses pembelajaran di tempat terbuka seperti lapangan, masjid,dll. Hal ini digunakan untuk mengungkap data tentang proses pembelajaran di sekolah dan kelompok belajar serta ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dan kelompok belajar.  Sedangkan dokumen yang digunakan dalam penelitian adalah arsip evaluasi hasil belajar (ujian formatif/sumatif, UN, uji kompetensi) serta data tertulis lainnya yang dianggap perlu.

D.     Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data dari masing masing indikator komponen konteks, input, proses dan produk/output yang dievaluasi. Data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menyajikan hasil perhitungan statistik diskriptif berupa tabel frekuensi dan presentase yang didapat dari hasil monitoring evaluasi
Untuk memudahkan dalam monitoring evaluasi program, maka diperlukan kriteria evaluasi.

Tabel 3  Aspek- Aspek dan Kriteria Evaluasi
Variabel/Objek Penelitian
Aspek yang Dievaluasi
Kriteria Keberhasilan
1.      Peserta Didik


2.      Kurikulum



3.      Kegiatan Belajar Mengajar








4.      Penilaian hasil belajar peserta didik

5.Fasilitas Pendidikan




6.      Ketenagaan





7.      Hasil belajar
  Persyaratan Administrasi (STTB/NEM) seleksi awal

  Dokumen kurikulum
  Silabi pembelajaran SMP Terbuka

  Kesesuain materi dengan kompetensi yang diajarkan
  Persiapan Tutorial
  Interaksi tutorial
  Penggunaan media/modul pembelajaran




  Penilaian sumatif dan formatif
  Hasil penilaian UN


  Modul Pembelajaran
  Media Pembelajaran



  Administrasi penyelenggaraan
  Fasilitasi guru bina
  Fasilitasi guru pamong



  Penilaian untuk mengetahui hasil belajar  peserta didik meliputi :
        Tes Akhir Modul (TAM)
        Tes Akhir Semester (TAS )
  Ujian Akhir Nasional (UAN )
  Jumlah kelulusan dalam ujian nasional
 Ada persyaratan administrasi (STTB/NEM)
Terdapat dokumen kurikulum
Terdapat silabi program pembelajaran
  Ada hasil kesesuaian materi dengan kompetensi yang diajarkan
  Adanya SAP
  Terdapat Interaksi saat tutorial
  Tutor menggunakan media/modul pembelajaran
  Adanya hasil penilian sumatif dan formatif
  Adanya hasil penilian UAN

  Adanya modul pembelajaran
  Adanya media pembelajaran

  Adanya administrasi penyelenggaraan
  Kemampuan pengelolaan guru bina
  Adanya  guru pamong

  Adanya hasil tes akhir modul
  Adanya hasil tes semester
  Adanya hasil penilaian UAN 




BAB III
Hasil Monitoring dan Evaluasi

A.     Komponen Konteks Homeschooling Sekolah Dolan
a.       Profil Umum/Historis
Pada saat keluarga Hs (Home Schooling) di Malang berkumpul sekitar akhir tahun 2006, saat itu para pendiri SEKOLAH DOLAN dipertemukan dari salah media Radio di kota mereka, maka berkumpullah Ibu Anis, Ibu Tika (yang sudah mulai aktif di asahpena) Ibu Shanty dan Lukman (hs tunggal) beberapa kali mereka mengadakan pertemuan hingga pada bulan Februari 2007 ada kurang lebih 10 orang, dan dihadiri oleh Eyang Yuwono (Eyangnya yg anaknya juga HS) tercetus untuk membentuk kumpulan HS di Kota Malang. Dan tercetus nama klub DOLAN tepatnya tanggal 23 Februari 2007.
Dari berjalannya waktu  untuk kelangsungan klub tersebut sendiri maka diupayakan Asahpena Malang Raya dibentuk. Maka mulailah mereka melakukan beberapa kontak dengan Asahpena di Jakarta. Dan Alhamdulillah setelah cukup lama pada tanggal 11 bulan Januari tahun 2008 DPW (Dewan Perwakilan Wilayah) Asahpena Malang Raya dilantik oleh Kak Seto Mulyadi.
Namun setelah Asahpena dibentuk dan karena kesibukan masing-masing anggota komunitas akhirnya klub Dolan menjadi Sekolah Dolan dan berjalan menjadi sekolah alternatif yang di kawal terus oleh Lukman Hakim yg anaknya tetap konsisten melakukan Hs sejak tahun 2006.
Awalnya Sekolah Dolan dibentuk untuk melayani kebutuhan pendampingan anak-anak yang gak nyaman di sekolah karena banyak hal, atau ingin lulus karena merasa bisa melakukan percepatan dalam belajarnya (program akselerasi), anak berbakat khusus dll. Kegiatan anak Sekolah Dolan itu ada 3 cara yaitu Home Visit, Community Visit dan Distance Learning.
Pilihan terbanyak hampir 75% adalah Home Visit, yaitu dimana anak-anak didampingi dalam melakukan kegiatan belajarnya di rumah. Kemudian ada sekitar 18% memilih Community Visit, dan sisanya adalah yang memilih Distance Visit dari luar kota dan keluarga Indonesia yang di luar negeri. Kegiatan mereka dirancang bersama oleh orang tua dan Sekolah Dolan sebagai mitra mereka.
Media Internet menjadi hal yang penting dalam penyampaian informasi dan materi yang harus dipelajari hingga ujian online. Hingga saat ini ada ratusan alumni Sekolah Dolan yang sudah kuliah di PTN, PTS dan beberapa perguruan tinggi di luar negeri. Sekolah Dolan juga memiliki mitra yang mereka tangani merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sekolah Dolan juga memiliki mitra lembaga, mitra Media sebagai partner mereka dalam melakukan kegiatan sosialisasi atau kegiatan pengembangan diri. Lebih dari 50 episode talkshow di ATV, Malang TV, JTV, dan Metro TV sudah mereka lakukan, hampir 3 tahun mereka juga membina salah satu program anak di radio terkenal di Malang, dan kampiun menjadi acara tetap di Anak-anak dan Guru PAUD di setiap event Islamic Book Fair.
Mengapa penting bagi mereka memiliki mitra seperti ini? Karena dengan begitu mereka (khususnya anak-anak) bisa banyak belajar serta silaturahim dan bisa berbagi wawasan, ilmu dan hal-hal yang mungkin bisa bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita.
Kemitraan dengan lembaga PAUD, TK, TBM dll selalu mereka jalin, selain menjadi ajang untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi, penting juga bersinergi untuk menjadi besar dan bermanfaat bersama.










 


BAB IV
Saran/Rekomendasi

A.     Saran/Rekomendasi
1.       Disarankan kepada pihak pengelola Homeschooling sekolah dolan agar pada saat rekruitmen/penentuan  guru  pamong dari masyarakat supaya lebih selektif dan  professional agar  guru  pamong tersebut mempunyai waktu yang cukup dan serius dalam memberikan pendampingan kepada peserta didik.

2.       Dilihat dari komponen proses, pelaksanaan Homeschooling Sekolah Dolan ini perlu disempurnakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar