Oleh: Novia Nur Fadilah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Evaluasi
Pendidikan
merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena
melalui pendidikan seseorang memperoleh informasi dan pengetahuan yang nantinya
dapat digunakan dan diterapkan pada kehidupannya.
Banyak
orang beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa diperoleh di sekolah formal.
Padahal pendidikan di sekolah formal tidak sepenuhnya bisa memberikan apa yang
diharapkan oleh orang tua terhadap anaknya. Pendidikan formal
sering kali memberikan rasa jenuh kepada anak, jam pelajaran yang berlebihanlah
yang mungkin menjadi penyebabnya.
Nilai-nilai moral, iman dan taqwa serta
pendidikan yang bermutu sering kali diberikan dipendidikan formal, meskipun
sudah diberikan di sekolah akan tetapi masih banyak menciptakan generasi bangsa
yang tidak bermoral dan tidak berakhlak baik. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya
generasi-generasi muda yang melakukan tindakan-tindakan tidak baik seperti
tawuran, membolos, menggunakan obat-obatan terlarang
dan membentuk geng-geng
motor yang anarkis.
Dari
bentuk kekecewaan orang tua tersebut diatas maka muncul ide-ide dari orang tua
untuk memberikan pendidikan untuk anaknya di rumah. Pendidikan ini biasa
disebut homeschooling. Pendidikan alternatif dengan model sekolah rumah
(homeschooling) tidak hanya menumbuhkan keinginan belajar secara fleksibel pada
anak, namun juga mampu menumbuhkan karakter moral pada anak. Pasalnya, dengan
menyerahkan proses belajar sebagai hak anak untuk mendapatkan pendidikan, akan
mendorong anak untuk belajar berdisiplin dan bertanggung jawab, terhadap segala
kegiatan belajar yang telah dilakukannya.
Sistem ini terlebih dahulu berkembang di Amerika Serikat dan
beberapa negara lainnya di dunia. Belakangan ini banyak orangtua yang tidak puas
dengan hasil sekolah formal sehingga menjadikan homeschooling sebagai
alternatif proses belajar mengajar dalam perkembangan dunia pendidikan di
Indonesia. Kerapkali sekolah formal berorientasi pada nilai rapor (kepentingan
sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai
iman dan moral). Selain itu, perhatian secara personal pada anak, kurang
diperhatikan.
Kota Malang sebagai salah satu kota pendidikan di
Indonesia telah memiliki komunitas penyelenggara untuk lembaga pendidikan
semacam itu yang dikoordinasi oleh Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan
Alternatif (Asah Pena). Sekolah Dolan yang terletak di kawasan Perumahan Tidar
Malang merupakan salah satu lembaga penyelenggara homeschooling yang
dikenal dan merupakan salah satu best practice untuk lembaga
pendidikan tersebut
B.
Tujuan Evaluasi
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang:
1. Mengetahui sejarah singkat
homeschooling sekolah dolan.
2. Mengetahui perkembangan
homeschooling di Indonesia.
3. Mengetahui proses pembelajaran
homeschooling .
4. Mengetahui mengapa homeschooling
menjadi solusi pendidikan alternatif untuk anak.
5. Mengetahui kelebihan homeschooling.
6. Mengetahui kelemahan homeschooling.
C. Aspek-aspek yang dievaluasi
- Aspek intelektual adalah kemampuan untuk beradaptasi
secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
menggunakan akal budi untuk melakukan penilaian tentang benar tidaknya
sesuatu sehingga terjadi pertimbangan yang matang dalam menghadapi masalah
atau mengambil keputusan. Dengan adanya homeschooling sekolah dolan, peserta
didik diajak untuk tekun dalam belajar supaya mampu menghadapi tantangan
global dimasa depan oleh karena itu pendidik memberikan bekal pendidikan,
ketrampilan dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik untuh diasah
menjadi bekal yang berguna untuk kehidupan peserta didik dimasa datang dan
mampu menghadapi masalah yang ada dikehidupan masa depan.
- Aspek emosional adalah setiap individu
selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya serta mampu
mengendalikan perasaan dengan cara yang tepat dan ditujukan pada orang
yang tepat. Pada
homeschooling sekolah dolan peserta didik diajarkan untuk percaya atas
kemampuan diri sendiri, sehingga mereka mampu mengembangkan bakat yang
dimilikinya.
- Aspek sosial adalah mampu menempatkan
dirinya sedemikian rupa sehingga berhasil menjalin komunikasi dua arah
dengan orang lain. Dalam
proses pembelajaran di homeschooling sekolah dolah, pendidik mengajarkan
hal-hal yang sesuai dengan kemauan atau bakat minat yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga membuat mereka mampu bergaul dengan teman sebaya
maupun dengan yang berbeda usia. Dengan melakukan proses belajar dan
mengajar yang inovatif tersebut membuat siswanya lebih mempunyai tanggung
jawab terhadap dirinya seniri.
- Aspek spiritual adalah memiliki hubungan yang terjalin
dengan Allah yang Mahakuasa, atau bagaimana penghayatan seseorang terhadap
apa yang terbaik bagi Tuhan dan apa yang dikehendaki-Nya. Di
homeschooling sekolah dolan, peserta didik dibekali ilmu agama agar
peserta didik selalu bersyukur kepada Allah SWT. Dengan adanya ilmu agama
membuat peserta didik berbuat baik terhadap sesama makhluk ciptaan.
Program
Homeschooling disekolah dolan
- Pengertian homeschooling sekolah dolan.
Pendidikan alternatif berbasis rumah yang
dilaksanakan dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun di mana proses pendidikan
hampir sepenuhnya depegang oleh orang tua. System pendidikan homeschooling
menempatkan anak sebagai subjek dengan menggunakan pendekatan secara at home.
2. Syarat – syarat menjadi tutor /pengajar disekolah
dolan untuk homeschooling.
Syarat untuk
menjadi tutor atau pengajar homeschooling disekolah dolan tidaklah sulit yang penting adanya kemauan dan keniatan.
Apabila komponen tersebut sudah ada maka kepala sekolah dolan akan mengadakan
pembinaan dan training selama dua minggu berturut –turut agar dapat menjadikan
tutor yang berkompeten dan berkualitas seuai yang di butuhkan peserta didik.
Dalam pembinaan dan training di beri metode dan cara menghadapikarakter –
karakter peserta didik, serta pembelajaran apa yang sesuai digunakan untuk
peserta didik.
3. Sarana dan prasarana yang di gunakan.
Sarana dan
prasarana yang digunakan dalam homeschooling sekolah Dolan yaitu mulai dari ruang dan peralatan
bermain serta tempat belajar yang tidak terbatas untuk proses pembelajaran peserta didik.
4. Peserta pendidikan jarak jauh di sekolah dolan.
Peserta yang
mengikuti program homeschooling di
sekolah dolan sudah mencapai lebih dari 30 orang itu sudah menyebar seluruh wilayah Indonesia.
BAB II
METODE EVALUASI
D. Rancangan evaluasi
Rancangan evaluasi di homeschooling sekolah dolan ini
dengan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas sosial, yaitu
melihat dunia dari apa adanya, bukan dunia yang seharusnya, maka seorang
peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open minded.
Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar berarti telah memiliki jendela untuk
memahami dunia psikologi dan realitas sosial.
Baik
substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis
dan metedologis. masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang
sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasa yang
tak terbatas. Penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, penelitian harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis,
dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini
lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan
jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk
memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan
kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
E. Objek evaluasi
Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala
sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan
informasi tentang sesuatu tersebut. Objek evaluasi pendidikan dilihat dari
aspek inputnya, maka objek dari evaluasi pendidikan itu sendiri meliputi tiga
aspek, yaitu:
1. Aspek Kognitif (Kemampuan)
Kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan
sebagai calon dokter tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik
yang akan mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi dengan
jurusan fisika. Adapun alat yang biasa digunakan dalam rangka mengevaluasi
kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude tes)
2. Aspek Psikomotor (Kpribadian)
Kepribadian
adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang menampakkan bentuknya
dari tingkah lakunya. Sebalum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon
peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing,
sebab baik burukya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi
keberhasilan mereka dalam mengikuti program tertentu. Evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseoarng adalah dengan jalan
menggunakan tes kepribadian (personality test).
F.
Aspek Afektif (Sikap)
Sikap pada
dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau
gambaran kepribadian yang memencar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka
diperoleh informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Karena itu
maka aspek sikap tersebut perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi
para calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.
Disini eneliti melakukan
wawancara observasi dengan pendiri homeschooling sekolah dolan yaitu Lukman Hakim
yang juga pernah menempuh pendidikan S1 teknik di Universitas Negeri Malang.
G. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan
faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Di dalam homeschooling sekolah dolan ini peneliti
menggunakan pengumpulan data berupa catatan observasi yang sumbernya adalah
pendiri homeschooling sekolah dolan yaitu lukman hakim. Serta menggunakan alat
yaitu berupa handphone untuk merekam percakapan ketika wawancara berlangsung
serta dokumentasi foto pada tempat dilakukan observasi.
Proses observasi dengan pendiri atau kepala Sekolah Dolan
Sarana prasarana di Sekolah Dolan
Proses
pembelajaran di Sekolah Dolan
H. Teknik analisis data
Hasil observasi
data yang saya dapatkan di sekolah
dolan berupa penjelasan tentang homeschooling disekolah dolan. Homeschooling merupakan sebuah pendidikan alternatif yang dilakukan oleh orang tua
yang mempunyai tanggung
jawab untuk mendidik anaknya
dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab
sepenuhnya atas proses pendidikan anak; sementara pada sekolah reguler tanggung
jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah.
Walaupun orang
tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan
homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain
mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak
pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan
sebagainya.
Sesuai namanya,
proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling
umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua peserta homeschooling dapat menggunakan
sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan anaknya.
Profil Program
Homeschooling
A. Latar belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan pokok dalam perkembangan setiap individu untuk memperoleh
peningkatan kualitas hidup sebagai manusia yang seutuhnya. Kemajuan suatu
bangsa sangat bergantung pada pola pendidikan yang berkembang pada bangsa
tersebut sebagai dasar pembentuk karakteristiknya. Bangsa yang maju adalah
bangsa yang memiliki individu-individu yang mampu menerapkan sikap hidup yang
disiplin, tangguh, mandiri dan kreatif sebagai hasil dari proses pendidikan
yang berkesinambungan.
Sistem
persekolahan yang terbangun saat ini belum mampu menunjukkan suatu pelayanan
yang baik bagi masyarakat.Sekolah masih terjebak dalam formalisme yang luar
biasa, dengan jadwal belajar yang sangat kaku, dan amat berorientasi pada
kurikulum dan guru, bukan pada anak. Banyak orangtua yang tidak puas dengan
hasil sekolah formal karena hanya berorientasi pada nilai rapor (kepentingan
sekolah), bukannya mengedepankan keterampilan hidup dan bersosial (nilai-nilai
iman dan moral). Di sekolah, banyak murid mengejar nilai rapor dengan mencontek
atau membeli ijazah palsu. Selain itu, perhatian secara personal pada anak juga
kurang diperhatikan. Ditambah lagi, identitas anak ditentukan oleh
teman-temannya yang lebih pintar, lebih unggul atau lebih cerdas. Keadaan
demikian menambah suasana sekolah menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu
muncul ide dari orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya di rumah. Dalam
perkembangannya, berdirilah lembaga sekolah yang disebut sekolah rumah (homeschooling).
Homeschooling lahir dari harapan
agar peserta didik mampu memaksimalkan potensi yang dimiliki. Selama ini
potensi peserta didik kurang maksimal salah satunya disebabkan karena metode
pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan formal hanya menggunakan metode
satu arah, dimana hanya guru saja yang berbicara, itu adalah suatu hal yang
dapat membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan dan tidak bisa menikmati
proses pembelajaran yang berjalan. Jika peserta didik tidak menikmati proses
pembelajaran maka materi yang disampaikan guru tidak akan bisa dipahami oleh
peserta didik. pendidikan memerlukan suatu pembinaan karakter baik dari
berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah, dan dalam suatu sikap maupun
tindakan diperlukan karakter yang baik dan juga sopan.
Tidak menutup kemungkinan terdapat
suatu kekurangan dari sekolah rumah (homeschooling) ini. Seorang anak atau
siswa yang belajar di homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya
dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk
belajar hidup di masyarakat, kurangnya memiliki rasa empati terhadap sesama
manusia di sekitarnya. Sedangkan bersosialisasi atau berinteraksi dan empati
ini merupakan contoh dari karakter siswa.
Dengan
menggunakan homeschooling ini masalah sistem pendidikan yang masih belum
berjalan dengan baik. Pengaplikasian konsep homeschooling dalam implementasi
pendidikan formal akan lebih memfokuskan kepada anak/peserta didik sebagai
subjek pendidikan. Pada akhirnya apabila homeschooling ini dapat dilaksanakan
maka pendidikan yang berkualitas dan kompeten akan dapat terpenuhi sehingga
tujuan dari pendidikan akan tercapai.
B. Tujuan
Ada
berbagai tujuan orang tua memilih homeschooling untuk tempat pembelajaran bagi
anaknya yaitu:
a.
Menjamin penyelesaian pendidikan dasar
dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan
keluarga yang memilih jalur homeschooling.
b.
Menjamin pemerataan dan kemudahan akses
pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan
kecakapan hidup.
c.
Melayani peserta didik yang memerlukan
pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan
mutu kehidupannya.
d.
Membentuk anak agar menjadi individu
mandiri dan terampil sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
C. Materi
Di
dalam homeschooling materi atau bahan ajar untuk masing-masing peserta didik
ditentukan melalui kesepakatan antara pihak guru atau pendidik dari
homeschooling dengan masing-masing orang tua dari peserta didik dalam proses
belajar dan pembelajaran.
Para
orang tua memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum dan bahan ajar yang
digunakan sebagai acuan. Kurikulum akan menentukan pola pendidikan dalam
Homeschooling dan menentukan tahap- tahap belajar peserta didik. Keluarga
Homeschooling dapat menggunakan kurikulum berbentuk bahan paket (bundle), bahan
terpisah (unbundle) ataupun dengan menggunakan bahan yang dibeli dengan
kreatifitas sendiri.
Mendaftarkan anak pada
grup hobi atau kursus uga bisa menjadi pilihan. Dengan internet dan teknologi
audio-visual yang semakin berkembang juga merupakan sarana belajar anak yang
dapat mendukung perkembangan anak yang bisa digunakan dalam Homeschooling. Pemberian sarana
prasarana yang layak, berkualitas dan terarah akan menimbulkan motivasi belajar
tersendiri pada peserta Homeschooling
dan juga dapat memberikan rasa nyaman dan senang dalam peserta didik dalam
proses pembelajaran. Untuk memilih kurikulum ada beberapa hal yag perlu
diperatikan: 1) orientasi akademis, 2) nilai keluarga, 3) gaya belajar dan 4)
kemampuan finansial.
Dalam Homeschooling
terdapat bebeapa model pembelajaran, diantaranya:
·
The Montessori
Approach
Model
pembelajran ini dengan mengamati interaksi anak – anak di lingkungan
sehingga anak – anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
·
Unshooling Approach
Model pembelajran ini berkenyakinan bahwa pada
dasarnya setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Melalui metode
unshooling anak senantiasa terlibat aktif untuk belajar dan memiliki semangat
belajr yang tinggi.
·
The Elactic
Approach
Model ini memberikan kesempatan kepada orang tua
sepenuhnya untuk mendisain homeschooling dengan memilih,mengembangkan dan
menggabungkan dengan sistem yang ada.
D. Peserta
Peserta
didik di homeschooling adalah anak-anak prasekolah,SD,SMP dan SMA yang berumur
sekitar 3-17 tahun dan memerlukan
pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan
mutu kehidupannya.
E. Narasumber
Dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik
pengajar harus memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian mengajar dalam bidang
pendidikan, kebanyakan tenaga pendidik homeschooling yaitu orang yang mempuyai
ijazah S1. Tugas tenaga pendidik homeschooling pada dasarnya sama dengan tugas
guru pada umumnya yaitu bertugas memfasilitasi anak untuk proses pembelajaran.
Untuk menjadi seorang tenaga pendidik homeschooling diperlukan:
·
Sabar
Kesabaran
adalah modal utama orangtua untuk mendampingi anak belajar sepanjang waktu di
rumah. Jika orang tua tidak sabar maka naka justru akan menjadi korban dari ego
orang tua sendiri yang seharusnya menjadi pendamping anak belajar. Dalam
mendampingi anak terus-menerus mungkin akan muncul rasa lelah dan bosan,
kebosanan ini perlu dihilangkan atau diatasi demi kebaikan anak. Salah satu
cara untuk mengatasinya bisa dengan bertemu orangtu lain yang melakukan Homeschooling pada ana mereka. Dengan cara ini orang tua bisa saling
berbagi dan mengikatkan emosional satu sama lain. Berbagi dengan orangtua lain
dalam sebuah komunitas bisa mengatasi kebosanan dan menguatkan kesabaran antar
orangtua yang melakukan Homeschooling
pada keluarga masing-masing.
· Mau
Mendengar dan Bernegosiasi.
Menjadi
pendengar adalah pekerjaan yang tidak sederhana dan gampang, karena banyak
orang pandai berbicara akantetapi bukan seorang pendengar yang baik dan
menyenangkan. Ketika orangtua memutuskan menjadi pendamping anak dalam belajar
dalam Homeschooling, orangtua atau
seorang tutor harus menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak. Apapun
keinginan anak-anak harus memberinya peluang untuk berbicara dan menyatakan
keinginan mereka. Setelah anak berbicara barulah orangtua atau tutor mengajukan
pilihan-pilihan pada anak, memilih pilihan dan mempertimbangkan resiko yang
harus diambil dari pilihan yang diberikan merupakan tahap penting dari proses
pendewasaan anak.
· Memahami
Kebutuhan dan Keinginan Anak.
Memahami
disini memiliki arti lebih dari mengetahui. Setelah orangtua atau tutor
memahami keinginan anak, perlu melibatkan eosi dan konsentrasi yang lebih
dibandingkan ketika mengetahui keinginan anak. Dalam memahami keinginan anak
orangtua harus memiliki kecermatan yang lebih untuk memahami keinginan anak.
Untuk memahami keinginan anak, orangtua perlu memahami keinginan anak dari
sudut pandang anak, agar lebih mengerti dan mudah memahami apapun keinginan
anak.
· Mengetahui
Kemampuan dan Ketertarikan Anak.
Pada
dasarnya setiap anak adalah pembelajar, setiap anak memiiki kemampuan dan minat
belajar. Pada perkembangan anak orangtua akan menyadari bahwa anak memilki
ketertariakan dan kemampuan yang menonjol pada satu atau dua bidang tertentu,
sesuatu yang disukai anak dan tidak pernah merasa bosan melakukannya meskipun
dilakukan dalam waktu yang sangat lama. Untuk mengetahui kemampuan dan
ketertarikan anak orangtuan perlu sedikit konsentrasi dan terus perhatian
hingga mengetahui dalam bidang apa anak memiliki kemampuan dan ketertarikan.
Jika orangtua telah mengetahuinya, orangtua perlu mengarahkan dan mendampingi
anak untuk mealakukannya hingga anak menguasai demi mewujudkan impian
terbesarnya.
· Tahu
Benar Kondisi Fisik, Psikis, dan Mood Anak.
Orangtua
dan tutor dalam Homeschooling
dituntut untuk mengetahui kondisi anak juga dituntut untuk memahami kondisi
psikis dan mood anak dalam belajar. Ketidak pahaman mood dan psikis anak bias
menjadi masalah serius dalam proses pembelajaran anak. Kondisi anak yang
terbaik untuk belajar adalah ketikan anak bersemangat untuk belajar. Mengatahui
anak ketika sedang bersemangat adalah hal yang wajib sebagai orangtua atau
tutor dalam Homeschooling, memahami
bahasa tubuh anak juga perlu dilakukan dalam proses pembelajaran, mengetahui
kapan harus belajar dan berhenti belajar akan memberikan anak kesenangan
tersendiri untuk belajar tanpa ada unsure paksaaan dari orangtua atau dari
seorang tutor Homeschooling.
· Aktif
Dalam Seminar Homeschooling.
Seminar
bertema Homeschooling sering
dilakukan oleh beberapa perkumpulan atau instansi Homeschooling. Dengan sering mengikuti seminar dan berkumpul denga
sesame orang tua yang melakukan Homeschooling
akan memberikan informasi penting agar tidak ketinggalan perkembangan metode
pembelajaran anak.
F.
Jadwal
Dalam
pembuatan jadwal belajar peserta didik terlebih dahulu harus ada kesepakatan
antara pihak homeschooling dengan orang tua peserta didik setelah itu mencari
model yang cocok untuk anak-anak pola kegiatan keluarga. Proses pembelajaran Homeschooling
pada dasarnya dilakukan oleh orang tua dimana sebuah keluarga memilih untuk
bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anaknya.
Jadwal kegiatan terkadang juga bisa
diganti jika model yang ada dirasa kurang efektif karena berbagai alasan:
terlalu longgar, terlalu padat, terlalu rumit dan kurang menantang. Contoh model kegiatan
pembelajaran yaitu dengan menggunakan jadwal harian menggunakan poin.
Waktu yang cukup
bagi anak untuk melakukan aktivitas yang menjadi passion pribadinya itu sangat
penting. Tidak ada takaran pasti tentang jumlah waktu yang bisa kita sediakan
untuk mereka karena kebutuhan tiap anak berbeda. Karena dengan waktu untuk
sendiri ini anak akan bisa mengembangkan kreativitasnya, menyalurkan kecerdasan
pribadinya, dan mengembangkan otoritasnya.
Tidak seperti
anak yang selalu dikendalikan jadwal belajar tiap waktunya. Anak yang selalu
dikendalikan jadwal belajar dan aktivitasnya tidak akan mampu mengembangkan
kreativitas yang berasal dari pemikiran originalnya, juga tidak bisa belajar
menyalurkan otoritasnya. Anak yang demikian akan selalu belajar bahwa dirinya
diatur oleh orang lain, dia tidak bisa belajar mengatur dirinya sendiri.
Di homeschooling waktu akan sangat
terasa sangat banyak, karena anak tidak sepanjang hari berada di sekolah, dan
tugas yang diberikan tidak sebanyak yang diberikan di sekolah. Lingkungan yang
nyaman, waktu yang flexible membuat anak akan cepat belajar, dan prestasi yang
didapatkan akan melebihi dari sekolah.
G.
Struktur
Organisasi
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar.1
Contoh
struktur organisasi Homeschooling
Laporan
Evaluasi Program
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga
adalah lembaga terkecil dimana sebuah kehidupan dimulai. Pada saat yang sama
dimulailah pendidikan. Setiap anggota keluarga belajar dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mampu menjadi
mampu. Pada dasarnya, pendidikan di dalam keluarga merupakan suatu interaksi
yang berkesinambungan. Bukan hanya anak-anak yang belajar dari orang tua,
melainkan orang tua pun belajar dari anak-anaknya. Jika pendidikan di dalam
keluarga tidak berjalan dengan baik, maka baik anak maupun orang tua akan
mengalami kegamangan.
Jika kita berpijak
pada konsep bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi manusia, maka
sekolah yang kita kenal sekarang adalah institusi pendidikan yang merupakan
formalitas dari sebuah proses pendidikan. Artinya, sebuah proses pendidikan
dibuat terstruktur dan mengikuti standar-standar baku tertentu. Sekolah formal
diselenggarakan sebagai bentuk tanggung jawab Negara terhadap hak pendidikan
warga negaranya. Karenanya tujuan pendidikan yang ditetapkan bersifat massal.
Konsekuensi dari
pendidikan massal biasanya tidak memprioritaskan kebutuhan atau potensi anak
secara individual. Oleh karenanya muncul model pendidikan alternatif yang
dianggap dapat memenuhi kebutuhan individual anak. Salah satu modelnya adalah
Sekolahrumah atau yang lebih dikenal dengan istilah Homeschooling.
Homeschooling mulai menjadi satu pilihan
keluarga atau orang tua yang terutama disebabkan oleh adanya pandangan atau
penilaian orang tua tentang kesesuaian pendidikan bagi anak-anaknya, atau
karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan untuk
anak-anaknya di rumah.
Homeschooling adalah
proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh
orang tua/di rumah atau tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat
berlangsung dalam suasana kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang
unik dapat berkembang secara maksimal. Dalam Homeschooling, syarat yang paling
penting adalah peranan penuh tanggung jawab dan komitmen dari orang tua yang
merupakan kunci dan keberhasilan Homeschooling.
Kebijakan hukum di
Indonesia mengklasifikasikan Homeschooling ke dalam tiga format sesuai dengan
tujuan, kondisi dan kebutuhan masing-masing keluarga yaitu Homeschooling
tunggal, Homeschooling majemuk dan Komunitas Homeschooling.
Homeschooling tunggal
dan Homeschooling majemuk harus mendaftarkan diri kepada Dinas Pendidikan
setempat melalui Kasubdin yang membidangi Pendidikan Luar Sekolah. Sedangkan
ijin badan hukum yang menaungi Komunitas Homeschooling antara lain adalah PKBM
(Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), PT atau Yayasan.
Homeschooling Tunggal
dan Homeschooling Majemuk merupakan jalur pendidikan informal. Menurut UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003, Pasal 27 ayat
(1) : “kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri”. Pengaturan penilaian pendidikan
informal sesuai UU Sisdiknas No.20 Tahun
2003, Pasal 27 ayat (2) yaitu hasil pendidikan informal dihargai setara dengan
hasil program pendidikan formal dan pendidikan nonformal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau
pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
B. Tujuan
Program
Program Homeschooling Sekolah Dolan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya pendidikan
alternatif untuk anak, agar bisa mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
seorang anak.
C. Sasaran
Program
Homeschooling sekolah dolan diperuntukkan bagi siswa TK, SD, SMP, SMA dan anak berkebutuhan khusus (ABK).
BAB II
Metode Monitoring dan Evaluasi
A.
Jenis dan Pendekatan
Model evaluasi
yang digunakan dalam memonitoring program ini adalah model evaluasi Context-Input-Process-Product (CIPP).
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi yang akurat dalam
pengambilan keputusan lebih lanjut guna memperbaiki dan meningkatkan
kualitas penyelenggaraan program Homeschooling di masa yang
akan datang. Model CIPP digunakan karena dibutuhkan ketersediaan informasi yang
akurat dan menyeluruh.
Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan didukung pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mendapatkan hasil monitoring dan evaluasi yang mendalam dan
komprehensif sedangkan Pendekatan kualitatif digunakan
untuk mendapatkan hasil observasi menggunakan metode wawancara
dengan disertai dokumentasi dari proses observasi.
B.
Tahapan monitoring dan evaluasi
Fokus monitoring dan evaluasi berdasarkan tahapan monitoring
dan evaluasi Context-Input-Process-Product
dikemukakan sebagai berikut:
a. Penilaian konteks meliputi profil
TKB (tempat kegiatan belajar), latar belakang program
Homeschooling, sistem
pendidikan di homeschooling sekolah dolan, mengetahui hambatan dan upaya untuk
mengatasi dalam membentuk sikap sosial pada anak di homeschooling sekolah
dolan.
b. Penilaian input meliputi peserta
didik, kurikulum, bahan ajar, guru dan tenaga administrasi serta sarana
belajar. Data dikumpulkan selama tahap penilaian digunakan sebagai pengambil
keputusan.
c. Penilaian
proses adalah kegiatan penilaian selama pelaksanaan pendidikan. Penilaian
ini berkaitan langsung dengan pelaksanaan tutorial, aktivitas
belajar, penggunaan media pembelajaran, kemanfaatan laboratorium, kunjungan
kepala sekolah, pemberian jenis tugas, fasilitas guru pamong, dan
fasilitas guru bina.
d. Penilaian produk/output,
berhubungan dengan hasil pelaksanaan program. Penilaian dilakukan untuk
mengetahui sampai seberapa jauh pelaksanaan program Homeschooling
Sekolah Dolan telah
berhasil mencapai tujuan berdasarkan kriteria yang ditetapkan, yang
meliputi hasil belajar peserta didik, nilai rerata dan jumlah kelulusan
dalam ujian nasional.
Dasar kegiatan dalam evaluasi program pelaksanaan rintisan Homeschooling
Sekolah Dolan ini
melalui tahapan-tahapan konteks, input, proses dan produk. Penggunaan
model CIPP dalam evaluasi program ini karena:
1. Dengan model CIPP, maka kegiatan
evaluasi pelaksanaan program Homeschooling Sekolah Dolan dapat dilakukan perbandingan yang mendasar antara data di
lapangan dengan standar yang ditentukan.
2. Dapat membuat
evaluasi dan penilaian tentang pelaksanaan Homeschooling
Sekolah Dolan dilihat
dari indikator konteks, input, proses dan produk/output.
3. Dengan
model CIPP, indikator konteks, input, proses dan produk/output yang
dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan
keadaan sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang ditentukan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan sesungguhnya yang terjadi di
lapangan, yang kemudian dibandingkan dengan standar pengelolaan Homeschooling
Sekolah Dolan
yang telah
disusun oleh Pustekom dan Dikmenum sebagai pedoman pelaksanaan.
Subjek informan
dalam monitoring evaluasi ini adalah kepala sekolah
Homeschooling Sekolah Dolan yaitu bapak Lukman Hakim beserta jajaran staff dan
pendidik yang membantu dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
Teknik
pengumpulan data dalam monitoring evaluasi ini terdiri dari: (1)
wawancara terbuka dan mendalam; (2) observasi/ pengamatan langsung; dan (2)
dokumen tertulis.
Sasaran
yang menjadi pengamatan untuk kegiatan monitoring evaluasi ini meliputi
proses pembelajaran di tempat terbuka seperti lapangan, masjid,dll. Hal ini
digunakan untuk
mengungkap data tentang proses pembelajaran di sekolah dan
kelompok belajar serta ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
dan kelompok belajar. Sedangkan dokumen yang digunakan dalam penelitian
adalah arsip evaluasi hasil belajar (ujian formatif/sumatif, UN,
uji kompetensi) serta data tertulis lainnya yang dianggap perlu.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan memaknai data
dari masing masing indikator komponen konteks, input, proses dan produk/output
yang dievaluasi. Data tersebut dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan
menyajikan hasil perhitungan statistik diskriptif berupa tabel frekuensi dan
presentase yang didapat dari hasil monitoring evaluasi
Untuk memudahkan
dalam monitoring evaluasi program, maka diperlukan kriteria evaluasi.
Tabel 3
Aspek- Aspek dan Kriteria Evaluasi
Variabel/Objek Penelitian
|
Aspek
yang Dievaluasi
|
Kriteria
Keberhasilan
|
1.
Peserta Didik
2.
Kurikulum
3.
Kegiatan Belajar Mengajar
4.
Penilaian hasil belajar peserta didik
5.Fasilitas
Pendidikan
6.
Ketenagaan
7. Hasil belajar
|
Persyaratan Administrasi (STTB/NEM) seleksi awal
Dokumen kurikulum
Silabi pembelajaran SMP
Terbuka
Kesesuain materi dengan
kompetensi yang diajarkan
Persiapan Tutorial
Interaksi tutorial
Penggunaan media/modul
pembelajaran
Penilaian sumatif dan
formatif
Hasil penilaian UN
Modul Pembelajaran
Media Pembelajaran
Administrasi
penyelenggaraan
Fasilitasi guru bina
Fasilitasi guru pamong
Penilaian untuk mengetahui
hasil belajar peserta didik meliputi :
Tes Akhir Modul (TAM)
Tes Akhir Semester (TAS )
Ujian Akhir Nasional (UAN
)
Jumlah kelulusan dalam
ujian nasional
|
Ada
persyaratan administrasi (STTB/NEM)
Terdapat dokumen kurikulum
Terdapat silabi program
pembelajaran
Ada
hasil kesesuaian materi dengan kompetensi yang diajarkan
Adanya SAP
Terdapat Interaksi saat
tutorial
Tutor menggunakan
media/modul pembelajaran
Adanya hasil penilian
sumatif dan formatif
Adanya hasil penilian UAN
Adanya modul pembelajaran
Adanya media pembelajaran
Adanya administrasi
penyelenggaraan
Kemampuan pengelolaan guru
bina
Adanya guru pamong
Adanya hasil
tes akhir modul
Adanya hasil tes semester
Adanya hasil penilaian UAN
|
BAB III
Hasil Monitoring dan Evaluasi
A. Komponen
Konteks Homeschooling
Sekolah Dolan
a. Profil Umum/Historis
Pada saat keluarga Hs (Home
Schooling) di Malang berkumpul sekitar akhir tahun 2006, saat itu para pendiri
SEKOLAH DOLAN dipertemukan dari salah media Radio di kota mereka, maka
berkumpullah Ibu Anis, Ibu Tika (yang sudah mulai aktif di asahpena) Ibu Shanty
dan Lukman (hs tunggal) beberapa kali mereka mengadakan pertemuan hingga pada
bulan Februari 2007 ada kurang lebih 10 orang, dan dihadiri oleh Eyang Yuwono
(Eyangnya yg anaknya juga HS) tercetus untuk membentuk kumpulan HS di Kota
Malang. Dan tercetus nama klub DOLAN tepatnya tanggal 23 Februari 2007.
Dari berjalannya waktu untuk
kelangsungan klub tersebut sendiri maka diupayakan Asahpena Malang Raya dibentuk.
Maka mulailah mereka melakukan beberapa kontak dengan Asahpena di Jakarta. Dan
Alhamdulillah setelah cukup lama pada tanggal 11 bulan Januari tahun 2008 DPW
(Dewan Perwakilan Wilayah) Asahpena Malang Raya dilantik oleh Kak Seto Mulyadi.
Namun setelah Asahpena dibentuk dan
karena kesibukan masing-masing anggota komunitas akhirnya klub Dolan menjadi
Sekolah Dolan dan berjalan menjadi sekolah alternatif yang di kawal terus oleh
Lukman Hakim yg anaknya tetap konsisten melakukan Hs sejak tahun 2006.
Awalnya Sekolah Dolan dibentuk untuk melayani kebutuhan
pendampingan anak-anak yang gak nyaman di sekolah karena banyak hal, atau ingin
lulus karena merasa bisa melakukan percepatan dalam belajarnya (program
akselerasi), anak berbakat khusus dll. Kegiatan anak Sekolah Dolan itu ada 3 cara yaitu Home Visit, Community Visit dan Distance Learning.
Pilihan terbanyak hampir 75% adalah Home
Visit, yaitu dimana anak-anak didampingi dalam melakukan kegiatan belajarnya di
rumah. Kemudian ada sekitar 18% memilih Community Visit, dan sisanya adalah
yang memilih Distance Visit dari luar kota dan keluarga Indonesia yang di luar
negeri. Kegiatan mereka dirancang bersama oleh orang tua dan Sekolah Dolan
sebagai mitra mereka.
Media Internet menjadi hal yang
penting dalam penyampaian informasi dan materi yang harus dipelajari hingga
ujian online. Hingga saat ini ada ratusan alumni
Sekolah Dolan yang sudah kuliah di PTN, PTS dan beberapa perguruan tinggi di
luar negeri. Sekolah Dolan juga memiliki mitra
yang mereka tangani merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sekolah Dolan juga memiliki mitra
lembaga, mitra Media sebagai partner mereka dalam melakukan kegiatan sosialisasi
atau kegiatan pengembangan diri. Lebih dari 50 episode talkshow di ATV, Malang
TV, JTV, dan Metro TV sudah mereka lakukan, hampir 3 tahun mereka juga membina
salah satu program anak di radio terkenal di Malang, dan kampiun menjadi acara
tetap di Anak-anak dan Guru PAUD di setiap event Islamic Book Fair.
Mengapa penting bagi mereka memiliki
mitra seperti ini? Karena dengan begitu mereka (khususnya anak-anak) bisa
banyak belajar serta silaturahim dan bisa berbagi wawasan, ilmu dan hal-hal
yang mungkin bisa bermanfaat bagi masyarakat di sekitar kita.
Kemitraan dengan lembaga PAUD, TK,
TBM dll selalu mereka jalin, selain menjadi ajang untuk mengembangkan
kreatifitas dan inovasi, penting juga bersinergi untuk menjadi besar dan
bermanfaat bersama.
BAB IV
Saran/Rekomendasi
A.
Saran/Rekomendasi
1. Disarankan kepada pihak pengelola Homeschooling
sekolah dolan agar pada saat rekruitmen/penentuan guru
pamong dari masyarakat supaya lebih selektif dan professional agar
guru pamong tersebut mempunyai waktu yang cukup dan serius dalam
memberikan pendampingan kepada peserta didik.
2. Dilihat dari komponen proses,
pelaksanaan Homeschooling Sekolah Dolan ini perlu
disempurnakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar