Oleh: Wahyudi
A.
Latar
Belakang Program
Sumberdaya
alam berupa hutan merupakan salah satu kekayaan alam yang memiliki nilai sangat
strategis. Meskipun sumberdaya alam ini termasuk kategori potensi alam yang
dapat diperbaharui (renewable), sebagai amanat Tuhan Yang Maha Esa,
pengelolaan kekayaan alam ini harus benar-benar dilakukan secara arif,
bijaksana dan profesional.
Menurut
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa hutan merupakan suatu
ekosistem, artinya konsep pengelolaannya harusmenyeluruh yang memadukan unsur
biotik dan abiotik beserta unsure lingkungan lainnya yang merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan secara lestari (sustainable).
Sebagaimana diketahui bahwa hutan memiliki fungsi antara lain sebagai :
·
Pengatur iklim, baik mikro maupun makro
·
Penata air
·
Pemenuhan kebutuhan kayu dan non kayu
sera jasa/manfaat ekonomi
·
Menyediakan lapangan kerja
·
Pertahanan negara
Dengan kata lain, sumberdaya hutan
memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan
negara. Hutan memiliki tiga fungsi; yaitu fungsi produksi adalah kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan; fungsi lindung adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi (penerobosan) air laut dan memelihara kesuburan tanah; fungsi
konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri tertentu yang memiliki fungsi pokok
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
Secara
makro bahwa pengelolaan hutan yang berkelanjutan harus dilakukan dengan
pendekatan tiga prinsip kelestarian yaitu kelestarian ekologi, kelestarian
ekonomi dan kelestarian sosial. Ketiga prinsip kelestarian merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Sehingga untuk
menciptakan kelestarian lingkungan hutan yang berkelanjutan dapat dilakukan
dengan maksimal. Dengan demikian, pembangunan kehutanan mencakup aspek
pelestarian fungsi lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan
sosial, baik di dalam maupun di luar hutan negara.
B.
Tujuan
1.
Adanya pemahaman yang sama, bahwa
sumberdaya hutan mempunyai peranan yang strategis, sehingga harus dikelola
secara profesional.
2.
Adanya peranan dari berbagai pihak
secara proporsional dalam penyelamatan hutan yang dilakukan melalui perencanaan
partisipatif
3.
Memiliki komitmen bersama dalam
penyelamatan hutan dan lingkungan melalui pola Pengelolaan Sumberdaya Berbasis
Masyarakat
4.
Pengelolaan hutan lestari yang meliputi
kelestarian ekologi, kelestarian ekonomi dan kelestarian sosial.
C. Materi
1.
Pendekatan Ekologi
Ekologi membahas hubungan timbal balik
antara manusia dangan lingkungan hidupnya, dimana selalu terjadi interaksi
antara keduanya. Interaksi itu terjadi karena mereka saling membutuhkan, saling
mempengaruhi, dan saling membentuk.Karena itu sesungguhnya terdapat saling
ketergantungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Selanjutnya manusia
dengan lingkungan hidupnya terdiri atas berbagai macam makhluk hidup beserta
benda tak hidup membentuk suatu ekosistem, dimana masing-masing merupakan suatu
sub ekosistem yang mempunyai fungsi masing-masing dalam satu kesatuan yang
utuh. Kerusakan pada salah satu sub ekosistem akan mempengaruhi ekosistem yang
lain termasuk manusia.
2. Rehabilitasi
& Konservasi Sumberdaya Hutan
Dalam rangka menjaga kelestarian sumber
daya hutan, upaya konservasi sumber daya alam telah ditingkatkan. Usaha
konservasi ini mencakup kegiatan konservasi di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan. Termasuk di dalamnya pengembangan taman nasional dan hutan
lindung yang didukung oleh pengembangan dan pembinaan wisata alam, pembinaan cinta
alam dan monitoring dampak lingkungan, perlindungan dan pengamanan hutan serta
pengembangan sarana dan prasarana Sejalan dengan usaha konservasi, upaya
reboisasi dan rehabilitasi lahan juga ditingkatkan. Tujuan upaya reboisasi dan
rehabi¬litasi adalah untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkat-kan
produktivitas sumber daya hutan, tanah dan air. Kegiatan reboisasi dan
rehabilitasi lahan dilaksanakan melalui pengembangan hutan, pengendalian
perladangan berpindah, peningkatan kegiatan konservasi tanah, dan pengembangan
hutan rakyat serta perhutanan sosial.
Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas adalah kekhasan, keterancaman, dan kegunaan.
Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas adalah kekhasan, keterancaman, dan kegunaan.
D.
Peserta/
Client
Sasaran
dari kegiatan pengelolaan sumber daya hutan berbasis masyarakat ini adalah
warga masyarakat yang berusia produktif.
Sedangkan sasaran inti dalam program ini
adalah pemuda yang berpendidikan minimal SMA sederajat yang berusia 20-30 tahun
sebanyak 30 pemuda.
E. Narasumber
Narasumber dalam pelaksanaan
program pengelolaan sumber daya hutan
berbasis masyarakat dilakukan oleh narasumber profesional. Penyampaian materi
akan disampaikan oleh narasumber yang kompeten dan pada pertengahan kegiatan
akan dilakukan ice-breaking agar
peserta program agar tidak bosan dan
jenuh dengan materi-materi yang disampaikan, dan pada kegiatan akhir sebelum
penutupan, dilakukan post-test untuk
mencapai tingkat kemampuan peserta program.
F. Jadwal
Kegiatan program Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Berbasis Masyarakat dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :
Senin, 15 September 2014
Waktu :
08.00 – 16.30 WIB
Tempat :
Aula LSM Paramita, Jalan
Mojorejo No 98 Kota Batu
G. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Yayasan
Paramitra Jawa Timur
1. Dewan
Pembina :
Nurhadi Musa
2. Dewan
pengawas : Imam Hambali
3. Dewan
pengurus
Ketua :
Hari Cahyono
Sekretaris :
Wiwik Sulistyorini
Bendahara :
Asiah Sugianti
4. Pengurus
harian
Direktur eksekutif : Hari Cahyono
Wakil Direktur :
Asiah Sugiati
Divisi Program :
Yoga Ardianta
-
Sub Divisi Advokasi :
Marsikan
-
Sub Divisi Jaringan : -
Divisi Knowledge Management : Wiwik Sulistyo
-
Sub Divisi Riset :
-
-
Sub Database Dan Informasi :
Ahmad Rofi’i
-
Sub Capacity Dan Pelatihan : -
-
Sub Divisi Kepustakaan Dan Publikasi : -
Divisi General Administrasi : Sudarmaji
-
Sub Divisi Administrasi : Devita IP
-
Sub Divisi Pengelolaan Asset dan RT : Dian Agustin
-
Sub divisi HRD : Iwan Subagyo
Divisi Keuangan
-
Manager Keuangan :
A.M Al Azis
-
Bagian Keuangan : Fahim MR
Format Profil Program dan Format Proposal Evaluasi
A.
Format
Profil Program
No
|
Komponen
Profil
|
Ada
|
Tidak
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Judul
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Latar
Belakang Program
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Tujuan
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Materi
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Peserta/Client
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Narasumber
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Jadwal
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Struktur
Organisasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
B.
Format
Proposal Evaluasi
No
|
Komponen
Proposal Evaluasi
|
Ada
|
Tidak
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Judul
|
ü
|
|
|
|
|
|
2
|
Latar
Belakang Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Tujuan
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Aspek-aspek
Yang Dievaluasi
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Metode
:
|
|
|
|
|
|
|
|
ü Rancangan
Evaluasi
|
|
|
|
|
|
|
|
ü Populasi dan
Sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
ü Teknik
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
|
|
|
ü Teknik
Analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
ü Pengembangan
Instrument
|
|
|
|
|
|
|
A. Latar Belakang Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan suatu proses menyediakan
informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan tujuan
yang hendak dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat
keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap
fenomena.
Evaluasi program juga merupakan proses yang sistematis
dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan dan
menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan,
menyusun kebijakan maupun menyusun program selanjutnya. Adapun tujuan evaluasi
adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suatu
program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/
hasil yang dicapai, efesiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan
untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan,
diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan
peenyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan
program.
Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model
evaluasi yang akan dibuat. Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat
oleh para ahli atau pakar evaluasi. Biasanya model evaluasi ini dibuat
berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui
apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
B. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan Pengelolaan
Sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat
yaitu untuk dapat mengetahui lebih dalam tentang program pengelolaan ini,
bagaimana cara mengelola hutan dengan baik dan benar, bagaimana , apa saja
sarana dan prasarana yang digunakan dalam pengelolaan sumberdaya hutan berbasis
masyarakat..
C. Aspek – Aspek Yang Akan di Evaluasi
Beberapa
aspek yang akan dievaluasi dalam proses pembelajaran dan proses evaluasi yang
ada meliputi :
1
Penataan ruangan yang kelas
2
Metode pembelajaran
3
Instruktur pembelajaran
4
Evaluasi pembelajaran
D. Metode
1. Rancangan
Evaluasi
Rancangan evaluasi
yang digunakan oleh evaluator adalah rancangan evaluasi menggunakan pendekatan
kualitatif. Hal ini dirasa cocok karena pendekatan kualitatif lebih menekankan
pada pemberian makna dari masing-masing pemberi informasi. Dengan demikian akan
mendapatkan data yang lebih akurat karena merupakan jawaban langsung dari para
pemberi informasi.
Sedangkan model
evaluasi yang digunakan oleh evaluator adalah model evaluasi goal free.
Orientasi goal-free mengartikan evaluasi sebagai suatu proses pendeskripsian
dan penentuan kegunaan atau manfaat (merit) program dengan secara sengaja
mengabaikan tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit dan mengkaji
seluruh aspek program yang tidak hanya terbatas pada apa yang ingin dihasilkan
oleh program, (Scriven, 1967, 1974; Stufflebeam, 1974). Jika goal attainment
evaluasi program terbatas pada hasil-hasil program yang diharapkan, goal-free
mengevaluasi seluruh hasil program. Tidak semua hasil program berkaitan dengan
tujuan yang diharapkan bahkan mungkin termasuk tujuan yang tidak diharapkan,
karena itu goal-free mengevaluasi hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan.
Bahkan lebih jauh lagi tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit pun
perlu dievaluasi. Mungkin saja manfaat program yang dilaksanakan itu rendah
disebabkan oleh tujuan programnya memang rendah.
Orientasi goal-free
dirasa relevan karena proses pengumulan data dilakukan secara berkala. Dengan
pengumpulan data secara berkala diharapkan dapat memberikan kesinambungan dari
data yang ada dan menjadikan data tersebut bersifat valid.
2.
Populasi dan Sampel
Objek penelitian
yang menjadi sampel adalah para pemuda-pemuda
kota Batu Malang. Pemuda-pemuda merupakan objek langsung
yang mengalami proses pembelajaran dalam pengelolaan budidaya hutan berbasis masyarakat.
Dengan demikian data yang diperoleh benar-benar real dan merupakan ungkapan
langsung dari para pemuda-pemuda
di kota Batu, Malang.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data
yang dilakukan oleh evaluator adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur
yang nantinya dengan hal tersebut data akan diperoleh dengan lebih valid. Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dari ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan hatinya penelitian
sosial, bila dilihat dalam jurnal ilmu sosial, maka akan ditemui semua
penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun yang
dalam Wawancara tak terstruktur pada dasarnya sama dengan wawancara yang
terstruktur. Perbedaannya adalah wawancara terstruktur merupakan wawancara yang
bebas dimana peneliti tak meggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan
dalam wawancara tak terstruktur adalah garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan pada orang
lain. Menurut
Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010:91-95), analisis data dilakukan
melalui tiga tahapan yaitu: tahap reduksi, tahap penyajian, dan tahap
penyimpulan.
a. Tahap
Reduksi Data (Data Reduction)
Tahap
reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk
disajikan dari informasi yang telah terkumpul demikian banyak dan kompleks.
Pada tahap ini data yang diperoleh dari lapangan jumlanya cukup banyak, maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Tahap reduksi merupakan kegiatan
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
kemudian menyederhanakan dalam bentuk rangkuman, dan dicari polanya.
b. Tahap
Penyajian Data (Data display)
Tahap
penyajian data adalah data yang disajikan secara sistematis dan dalam konteks
yang utuh sehingga akan lebih mudah dalam memahami dan memungkinkan adanya
penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan dengan penyajian data akan
dapat dipahami apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan. Dalam
penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian data peneliti melakukan penyajian
informasi atau data ke bentuk teks naratif yang kemudian diringkas berdasarkan
susunan yang diabstraksikan atau disesuaikan dengan tema, maksud, dan tujuan.
c. Verifikasi
atau Penarikan Kesimpulan (Conclusion
drawing/verification)
Langkah
terakhir menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan yang dibuat hanya bersifat sementara dan dapat berubah apabila tidak
terdapat fakta atau bukti-bukti yang kuat dalam tahap pengumpulan data
berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Sugiyono.2010.Metode
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta
Dokumentasi : Suasana wawancara dengan owner LSM Paramita
Lampiran 1
Profil Lembaga
Swadaya Masyarakat
Nama Lembaga : Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) Paramitra
Alamat :
Jalan Mojorejo No 98 Kota Batu
Menangani
masalah :
Sosial, politik, ekonomi, kesehatan
Jumlah Karyawan : 40 0rang
Sasaran Program : Masyarakat
Malang raya
Ketua Lembaga
Swadaya Masyarakat: Hari Cahyono
(gambar 1. LSM
Paramitra tampak depan) (gambar 2.Lobi
LSM Paramitra)
1.
Deskripsi
Lembaga Swadaya Mayarakat
Dilatarbelakangi adanya
tingkat kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat sebagai salah satu dampak
politik pembangunan yang berorientasi mengejar pertumbuhan ekonomi nasional dan
sekaligus menggambarkan keterbatasan ruang akses sumberdaya bagi sebagian besar
masyarakat lapis bawah selanjutnya mendorong Paramitra Jawa Timur untuk berbuat
dan bertindak sesuai kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki dalam bentuk
penguatan masyarakat lapis bawah menuju dimilikinya hak-hak sosial ekonomi dan
politik.
Pada periode 1986 – 1995 Paramitra
memfokuskan kegiatannya pada penguatan ekonomi dan penyadaran hak-hak
masyarakat. Salah satu bentuk media aksi yang digunakan adalah melalui kegiatan
perkoperasian. Strategi ini dipilih mengingat keterbatasan kemampuan masyarakat
memperoleh akses permodalan bagi pengembangan usaha produktifnya dan disisi
lain diakui bahwa potensi masyarakat untuk berswadaya juga relative tinggi.
Karena itu kegiatan koperasi selanjutnya lebih difokuskan pada upaya penyadaran
untuk berkooperasi (membangun kerjasama atau berorganisasi) dan menumbuhkan
keswayadaan masyarakat dalam memecahkan problem sosial-ekonominya.
Pada periode 1995-2005 Paramitra
mengembangkan fokus kegiatannya pada penguatan hak-hak sosial ekonomi dan
politik masyarakat melalui berbagai ragam media aksi seperti penguatan ekonomi
melalui kelembagaan koperasi peningkatan akses terhadap pengelolaan sumberdaya
hutan (PSDH) optimalisasi lahan kering untuk pengembangan usaha tani,
pemberdayaan potensi anak, pengembangan partisipasi masyarakat sub urban dan
pembangunan prasarana lingkungan, pengorganisasian rakyat dan pengembangan
kelembagaan, pencetakan kader, membangun forum pemimpin informal di masyarakat
dan sebagainya. Kesemua media aksi tersebut selanjutnya ditempatkan sebagai
koridor bagi upaya membangun kesadaran dan keberdayaan masyarakat agar tumbuh
partisipasi dan kesadaran kritis mereka dalam proses pembangunan pada level
mereka.
2.
Visi
dan Misi
Visi :
Adalah terwujudnya
masyarakat yang dinamis dan berdaya dalam memperjuangkan hak-haknya untuk
mencapai kemandirian dan kesejahteraan lahir dan batin.
Misi :
-
Menguatkan kelembagaan masyarakat
-
Membangun jejaring dan sinergi dengan
para pihak (stakeholder)
-
Membangun ruang-ruang yang memungkinkan
masyarakat mengaktualisasikan diri
-
Menciptakan aksesbilitas masyarakat
terhadap sumberdaya yang ada.
-
Memobilisasi sumberdaya yang memastikan
Paramitra dapat menjalankan misi-misinya.
a.
Nilai
Dan Prinsip Yang Menjadi Landasan
A. Nilai-nilai yang akan diperjuangkan
Paramitra adalah :
1. Keadilan
2. Keberpihakan
pada kelompok marginal
3. Demokratisasi
B. Prinsip-prinsip yang akan dipegang
teguh Paramitra adalah :
1. Keterbukaan
2. Akuntabel
3. Kesetaraan
4. Pemberdayaan
5. Advokasi
6. Mediasi
7. Partisipasi
C.
Capacity Building merupakan penguatan kapasitas kelembagaan tingkat masyarakat lebih diutamakan untuk menjamin keberlanjutan pasca pendampingan. Local Knowledge atau Local Value masing-masing site dampingan merupakan bahan dasar untuk dikembangkan bersama.
(gambar
3. matriks perencanaan program LSM Paramitra)
b.
Mitra
Kerja LSM Paramitra
Adapun
berbagai pengalaman kegiatan yang telah maupun
sedang ditangani, antara lain:
a) Fasilitasi
proses perjuangan hak-hak sipil masyarakat desa hutan dalam akses SDH (ruang
kelola) yang berakhir dengan pemberian hak kelola atas lahan hutan Negara oleh
perhutani seluas 37,5 Ha
b) Pengorganisasian
warga masyarakat pemetik manfaat (user groups) dalam wadah kelompok tani hutan
(KTH)
c) Peningkatan
keterampilan teknis dan kapasitas warga masyarakat dalam pola wana tani (agroforestry)
d) Fasilitasi
proses resolusi konflik (conflict
resolution) antara rakyat dengan aparat petugas kehutanan (perhutani)
tentang sistem pola tanam kayu hutan
e) Bersama-sama
dengan Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) memfasilitasi Workshop
Penyusunan Alternatif Model Pengelolaan SDH di Jawa Pasca Penjarahan
f) Bersama-sama
dengan Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat Kelompok Kerja Jawa (FKKM POKJA
Jawa) menginisiasi berbagai forum dialog kebijakan
g) Bersama-sama
dengan stakeholder kehutanan di kabupaten Malang merancang “Learning Site”
praktek Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Rakyat (PSDH-BM)
h) Menginisiasi
pengembangan kehutanan masyarakat (community forestry) di kabupaten malang atas
dukungan MFP-DFID (Mei-Desember 2003)
i)
Sebagai salah satu inisiator pembentukan
Komunitas Pendukung Penyelamatan Hutan Jawa (KPP HJ) suatu jaringan kerja NGO yang aktif mendorong
perubahan sistem P-SDH secara lestari dan berkeadilan di pulau Jawa
j)
Pendampingan dan pelatihan teknis
inventory kayu rakyat di desa Kedungsalam, atas dukungan Lembaga Eklabel
Indonesia (LEI) Bogor 2006
k) Program
pengembangan kader lingkungan bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup
Indonesia (2006-2009)
l)
Mewujudkan agendapengembangan kehutanan
masyarakat dengan dukungan para pihak di kabupaten Malang atas dukungan
MFP-DFID dan SGP-PTF UNDP (Februari 2005- Mei 2007)
m) Penyelenggara
konsultasi public draft RAPERDA Pengelolaan Jasa Lingkungan Provinsi Jawa
Timur, atas dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dan MFP DFID Jakarta
(Desember 2009)
n) Studi
pengembangan kelembagaan pengelola jasa lingkungan di malang raya, atas dukungan JAVLEC- Partnership Governance
Reform/PGR – NORAD
o) Pengembangan
pilot inisiasi transaksi jasa lingkungan di Kota Batu, atas dukungan JAVLEC-
Partnership Governance Reform/PGR – NORAD Jakarta 2009
p) Kampanye
bangga konservasi diwilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS)
bekerjasama dengan Rare Inspiring Bogor (2007-2011)
q) Program
konservasi dab budidaya tanaman kayu bakar di Keduwung kab Pasuruan bekerjasama
dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) atas dukungan JICA pada
2010-2011
r) Berpartisipasi
dalam penyiapan Pra Kongres Asosiasi Wirausaha Kehutanan Masyarakat Indonesia/
AWKMI di Kebumen Jawa Tengah (2012)
s) Berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kongres nasional kewirausahaan kehutanan masyarakat
indonesia (awkmi) di semarang atas dukungan mfp kehati – UKAid – PGR –
kementrian kehutanan (September 2012)
t) Pengembangan
implementasi SVLK (sistem verifikasi legaligas kayu) untuk memperkuat
kelestarian usaha kehutanan dukungan JAVLEC – Kehati – UKAid (Juli – desember
2012)
Pengembangan
implementasi SVLK (sistem verifikasi legaligas kayu) untuk memperkuat
kelestarian usaha kehutanan dukungan JAVLEC – Kehati – UKAid (Juli – Nopember
2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar