Wellcome

Wellcome

Rabu, 03 Desember 2014

PROPOSAL EVALUASI PROGRAM MADRASAH DINIYAH DI PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HUDA GADING KASRI MALANG

oleh : Maksum Akbar

A.     LATAR BELAKANG EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. Setiap program pendidikan tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Banyak dari tujuan pendidikan yang tidak tercapai dikarenakan kurangnya instropeksi dan kurangnya pertimbangan dalam setiap kegiatan.
Evaluasi sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana keberlangsungan program. Apakah program berlangsung dengan baik atau tidak semua dapat dilihat dengan mengadakan evaluasi terhadap program tersebut.  Berdasarkan studi observasi yang kami lakukan diketahui bahwa madrasah
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda atau biasa disebut Madrasah Matholiul Huda (MMH) merupakan lembaga pendidikan diniyah berbasis salaf yang ada di PP. Miftahul Huda. Lembaga pendidikan ini fokus mengajarkan peserta didik (santri) dalam hal keagamaan (diniyah), sepertifashohah dalam membaca al-Qur'an, fiqh, sejarah Nabi, tajwid, tauhid, nahwu, shorof, tafsir, hadits, ilmu hisab dan masih banyak yang lainnya. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem salaf (kitab kuning) yang dipadu dengan metode pembelajaran yang berlandaskan pada teori konstruktif dan kognitif seperti diskusi, tanya jawab, maupun presentasi.
MMH memiliki tiga tingkatan kelas, tingkatan pertama yaitu kelas Ula (terdiri dari 3 kelas: kelas 2 Ula, 3 Ula, dan 4 Ula) , tingkatan kedua kelas Wustho (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Wustho, 2 Wustho, dan 3 Wustho), dan tingkatan kelas tertinggi adalah kelas Ulya (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Ulya, 2 Ulya, dan 3 Ulya). Materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik berlainan untuk setiap tingkatan, semakin tinggi tingkatan kelas maka semakin mendalam materi pembelajaran yang disampaikan. Saat ini MMH memiliki 47 pendidik dengan dibantu 10 staff madrasah (staff kantor MMH). Para pendidik MMH merupakan alumni dari PP. Miftahul Huda yang mengabdikan dirinya guna kepentingan perkembangan dan kemajuan MMH khususnya dan PPMH pada umumnya serta sebagai bentuk ta'dzim mereka kepada Kyai/Masyayikh dan almamater PP. Miftahul Huda. Latar belakang pendidikan formal para pendidik berasal dari berbagai macam Universitas dengan berbagai macam jurusan (pendidikan/murni) dan konsentrasi, sehingga dengan latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh pendidik akan sangat menunjang dalam proses kegiatan belajar-mengajar khususnya inovasi metode pengajaran.
MMH memiliki satu gedung madrasah dengan tiga lantai, satu kantor madrasah dan satu lab bahasa, dimana untuk setiap lantai terdiri dari tiga sampai empat kelas. Adanya gedung madrasah ini tidak lain diperuntukkan bagi peserta didik sebagai fasilitas penunjang dan sarana pendidikan dengan harapan agar proses kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar, nyaman, dan juga kondusif, dengan tujuan akhir peserta didik mampu lebih fokus menerima ilmu dan pengetahuan dari para pendidik. Untuk proses belajar dan mengajar di MMH dilaksanakan setelah selesai sholat isya' (19.30 – 21.00).
Selain proses belajar-mengajar yang dilaksanakan setelah sholat isya', staff madrasah MMH juga mencanangkan kegiatan belajar-mengajar berupa lalaran (hafalan) yang dilakukan pada hari Ahad (setiap pekan). Lalaran (hafalan) yang diprogramkan meliputi hafalan surat-surat dalam al-Qur’an dan hafalan nadzom-an nahwu/shorof. Kegiatan ini diwajibkan bagi peserta didik karena juga merupakan bagian dari kurikulum Madrasah Matholiul Huda.
Madrasah diniyah dilingkungan pondok pesantren merupakan lembaga keislaman yang secara spesifik melakukan kajian ilmu-ilmu syari’at dalam upaya tafaqquh fiddin. Berdirinya madrasah diniyah kini semakin dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan perkembangan kebutuhan masyarakat dimasa depan. Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) dalam upaya ikut serta membangun moral keagamaan bagi masyarakat membuka Madrasah Diniyah Salafiyah Matholi’ul Huda (MMH).
Berdasarkan paparan tersebut, evaluator menitik beratkan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang ada pada Madrasah Matho’liul Huda yang meliputi bagaimana cara ustadz memberikan pengajaran terhadap para santri dan juga bagaimana model evaluasi yang dilakukan oleh para ustadz terhadap para santri. Dengan demikian akan diketahui bagaimana cara mengajar dan evaluasi yang efktif dilakukan untuk proses pembelajaran di MMH.
B.     Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi ini adalah evaluator ingin mengetahui dan mengevaluasi proses pembelajaran dan proses evaluasi yang ada pada MMH.
C.     Aspek yang di evaluasi
Beberapa aspek yang akan dievaluasi dalam proses pembelajaran dan proses evaluasi yang ada meliputi
1.     Penataan ruangan yang kelas
2.     Metode pembelajaran
3.     Instruktur pembelajaran
4.     Evaluasi pembelajaran
D.     Motode
1.     Rancangan Evaluasi
Rancangan evaluasi yang digunakan oleh evaluator adalah rancangan evaluasi menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dirasa cocok karena pendekatan kualitatif lebih menekankan pada pemberian makna dari masing-masing pemberi informasi. Dengan demikian akan mendapatkan data yang lebih akurat karena merupakan jawaban langsung dari para pemberi informasi.
Sedangkan model evaluasi yang digunakan oleh evaluator adalah model evaluasi goal free. Orientasi goal-free mengartikan evaluasi sebagai suatu proses pendeskripsian dan penentuan kegunaan atau manfaat (merit) program dengan secara sengaja mengabaikan tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit dan mengkaji seluruh aspek program yang tidak hanya terbatas pada apa yang ingin dihasilkan oleh program, (Scriven, 1967, 1974; Stufflebeam, 1974). Jika goal attainment evaluasi program terbatas pada hasil-hasil program yang diharapkan, goal-free mengevaluasi seluruh hasil program. Tidak semua hasil program berkaitan dengan tujuan yang diharapkan bahkan mungkin termasuk tujuan yang tidak diharapkan, karena itu goal-free mengevaluasi hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan. Bahkan lebih jauh lagi tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit pun perlu dievaluasi. Mungkin saja manfaat program yang dilaksanakan itu rendah disebabkan oleh tujuan programnya memang rendah.
Orientasi goal-free dirasa relevan karena proses pengumulan data dilakukan secara berkala. Dengan pengumpulan data secara berkala diharapkan dapat memberikan kesinambungan dari data yang ada dan menjadikan data tersebut bersifat valid.
2.     Populasi dan Sampel
Objek penelitian yang menjadi sampel adalah para santri yang belajar di MMH. Santri merupakan objek langsung yang mengalami proses pembelajaran dalam MMH. Dengan demikian data yang diperoleh benar-benar real dan merupakan ungkapan langsung dari para santri.
3.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan oleh evaluator adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur yang nantinya dengan hal tersebut data akan diperoleh dengan lebih valid. Wawancara adalah pertemuan dua orang  untuk bertukar informasi dari ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan hatinya penelitian sosial, bila dilihat dalam jurnal ilmu sosial, maka akan ditemui semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun yang dalam Wawancara tak terstruktur pada dasarnya sama dengan wawancara yang terstruktur. Perbedaannya adalah wawancara terstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tak meggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan dalam wawancara tak terstruktur adalah garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
4.      Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010:91-95), analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: tahap reduksi, tahap penyajian, dan tahap penyimpulan.
a.     Tahap Reduksi Data (Data Reduction)
Tahap reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk disajikan dari informasi yang telah terkumpul demikian banyak dan kompleks. Pada tahap ini data yang diperoleh dari lapangan jumlanya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Tahap reduksi merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting kemudian menyederhanakan dalam bentuk rangkuman, dan dicari polanya.
b.     Tahap Penyajian Data (Data display)
Tahap penyajian data adalah data yang disajikan secara sistematis dan dalam konteks yang utuh sehingga akan lebih mudah dalam memahami dan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan dengan penyajian data akan dapat dipahami apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penyajian data peneliti melakukan penyajian informasi atau data ke bentuk teks naratif yang kemudian diringkas berdasarkan susunan yang diabstraksikan atau disesuaikan dengan tema, maksud, dan tujuan.
c.     Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing/verification)
Langkah terakhir menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat hanya bersifat sementara dan dapat berubah apabila tidak terdapat fakta atau bukti-bukti yang kuat dalam tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
5.     Pengembangan Instrument
Pengembangan instrumen dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama yakni merumuskan garis besar permasalahan yang akan menjadi bahan pertanyaan untuk objek sampel. Dengan merumuskan garis besar permasalahan maka akan didapatkan fokus yang akan dibahas dalam wawancara.
Setelah melakukan wawancara dan mendapatkan garis besar fokus permasalahan, selanjutnya evaluator akan menganalisis data untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan dengan apa yang akan dievaluasi. Analisis data yang menggunakan model reduksi diharapkan bisa mendapatkan data yag valid. Evaluator yang lebih menekankan terhadap proses pembelajaran tentu akan lebih fokus terhadap proses berlangsungnya kegiatan. Dengan demikian, fokus kajian evaluasi akan lebih mendalam dan spesifik.
Setelah mendapatkan data lengkap dan valid, selanjutnya evaluator mencoba membandingkan dengan teori yang sudah ada. Semua temuan dilapangan tidak untuk membuktikan teori, namun teori dapat menjadi acuan bagaimana alur evaluasi. Dengan demikian diharapkan dapat terbentuk proses evaluasi yang diinginkan.
E.     Hasil Observasi
Temuan dilapangan membuktikan bahwa MMH masih memegang erat model salafiyah. Hal ini terbukti dengan masih menggunakannya kitab kuning sebagai bahan pembelajaran dan metode sorogan sebagai proses pembelajaran. Selain itu, lalaran/hafalan yang menjadi ciri khas pesantren salaf juga masih dipertahankan di MMH.
Namun, metode diskusi yang diharapkan dapat berjalan lancar tidak belangsung sesuai harapan. Masih banyak ustadz yang menggunakan metode belajar sistem Bank yang hanya memberi materi terhadapa santri. Para ahli konstruktivisme berpendapat bahwa metode diskusi merupakan metode yang efektif untuk membangun kecerdasan dan juga baik digunakan dalam metode pembelajaran. Oleh karena itu, metode diskusi oleh para santri harus lebih intens karena merupakan metode yang cocok mengingat banyak santri yang memiliki latar belakang berbeda sehingga akan didaptkan pandangan yang lebih luas tentang suatu materi .
Daftar Pustaka
Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta


Lampiran .
1.     Profil Program Diniyah Matholi’ul Huda
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul Huda atau biasa disebut Madrasah Matholiul Huda (MMH) merupakan lembaga pendidikan diniyah berbasis salaf yang ada di PP. Miftahul Huda. Lembaga pendidikan ini fokus mengajarkan peserta didik (santri) dalam hal keagamaan (diniyah), sepertifashohah dalam membaca al-Qur'an, fiqh, sejarah Nabi, tajwid, tauhid, nahwu, shorof, tafsir, hadits, ilmu hisab dan masih banyak yang lainnya. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem salaf (kitab kuning) yang dipadu dengan metode pembelajaran yang berlandaskan pada teori konstruktif dan kognitif seperti diskusi, tanya jawab, maupun presentasi.
MMH memiliki tiga tingkatan kelas, tingkatan pertama yaitu kelas Ula (terdiri dari 3 kelas: kelas 2 Ula, 3 Ula, dan 4 Ula) , tingkatan kedua kelas Wustho (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Wustho, 2 Wustho, dan 3 Wustho), dan tingkatan kelas tertinggi adalah kelas Ulya (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Ulya, 2 Ulya, dan 3 Ulya). Materi pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik berlainan untuk setiap tingkatan, semakin tinggi tingkatan kelas maka semakin mendalam materi pembelajaran yang disampaikan. Saat ini MMH memiliki 47 pendidik dengan dibantu 10 staff madrasah (staff kantor MMH). Para pendidik MMH merupakan alumni dari PP. Miftahul Huda yang mengabdikan dirinya guna kepentingan perkembangan dan kemajuan MMH khususnya dan PPMH pada umumnya serta sebagai bentuk ta'dzim mereka kepada Kyai/Masyayikh dan almamater PP. Miftahul Huda. Latar belakang pendidikan formal para pendidik berasal dari berbagai macam Universitas dengan berbagai macam jurusan (pendidikan/murni) dan konsentrasi, sehingga dengan latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh pendidik akan sangat menunjang dalam proses kegiatan belajar-mengajar khususnya inovasi metode pengajaran.
MMH memiliki satu gedung madrasah dengan tiga lantai, satu kantor madrasah dan satu lab bahasa, dimana untuk setiap lantai terdiri dari tiga sampai empat kelas. Adanya gedung madrasah ini tidak lain diperuntukkan bagi peserta didik sebagai fasilitas penunjang dan sarana pendidikan dengan harapan agar proses kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan dengan lancar, nyaman, dan juga kondusif, dengan tujuan akhir peserta didik mampu lebih fokus menerima ilmu dan pengetahuan dari para pendidik. Untuk proses belajar dan mengajar di MMH dilaksanakan setelah selesai sholat isya' (19.30 – 21.00).
Selain proses belajar-mengajar yang dilaksanakan setelah sholat isya', staff madrasah MMH juga mencanangkan kegiatan belajar-mengajar berupa lalaran (hafalan) yang dilakukan pada hari Ahad (setiap pekan). Lalaran (hafalan) yang diprogramkan meliputi hafalan surat-surat dalam al-Qur’an dan hafalan nadzom-an nahwu/shorof. Kegiatan ini diwajibkan bagi peserta didik karena juga merupakan bagian dari kurikulum Madrasah Matholiul Huda.
Madrasah diniyah dilingkungan pondok pesantren merupakan lembaga keislaman yang secara spesifik melakukan kajian ilmu-ilmu syari’at dalam upaya tafaqquh fiddin. Berdirinya madrasah diniyah kini semakin dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan perkembangan kebutuhan masyarakat dimasa depan. Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) dalam upaya ikut serta membangun moral keagamaan bagi masyarakat membuka Madrasah Diniyah Salafiyah Matholi’ul Huda (MMH).
Dalam perkembangannya MMH telah lebih dari tiga dasa warsa telah menggunakan salah satu komponen pendidikan pendidikan berupa kurikulum pesantren salafiyah yang secara independen telah dibekukan. Namun, sebuah lembaga pendidikan, maka perubahan kurikulum dan perangkat yang menyertainya merupakan sebuah keniscayaan sesuai dengan perkembangan yang terjadi dimasyarakat sebagai obyek pendidikan.

2.     Tujuan program
a.     Menyesuaikan muatan materi pendidikan di MMH-PPMH dengan kondisi siswa serta tuntutan masyarakat pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
b.     Mendesain alumnus MMH-PPMH yang memiliki kemampuan untuk menjawab dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Materi program
Ruang lingkup mata pelajaran yang digunakan dalam proses pembentukan siswa yang memahami ilmu agama dan pembentuan insan yang berjiwa taqwallah, menekanan pada fenonema ilmu agama yang dibutuhan oleh masyarakat luas. Mata pelajaran ilmu agama meliputi : pendalaman ilmu gramatikal bahasa (Nahwu, shorrof, balaghoh, mantiq), pendalaman ilmu Syariat (fiqih,ushul fiqih), pendalaman ilmu ketauhidan (hadits, tafsir), serta ditopang oleh pengkajian kitab-kitab yang diasuh langsung oleh para masyayikh, yang mana pengkajian kitab-kitab tersebut menunjang wawasan para santri tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan pembelajaran kitab-kitab secara klasikal.
1).     Prioritas materi untuk tiap jenjang pendidikan
a).     Tingkat Ula
(1).     Waktu tempuh 4 tahun
(2).     Penekanan materi :
(a).     Pelajaran membaca Al-Qur’an
(b).     Membaca pego
(c).     Memberi makna kitab
(d).     Shorof, ahlaq dan dasar-dasar nahwu
b).     Tingkat Wustho
(1).     Waktu tempuh 3 tahun
(2).     Penekanan materi :
(a).     Penguasaan materi alat
(b).     Pemakaian bahasa komunikatif
(c).     Membaca kitab
(d).     Syawir
c).     Tingkatan 'Ulya
(1).     Waktu tempuh 3 tahun
(2).     Penekanan materi :
(a).     Pendalaman
(b).     Pengembangan terbimbing
2).     Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dan kelulusan siswa mengacu pada standar penilaian pondok pesatren yang diembangkan sendiri oleh bidang pengembang pondok pesantren. Kenaikan kelas ditentukan berdasarkan penilaian dua semester proses pembelajaran dimadrasah, sedangkan kelulusan ditentukan berdasarkan lama studi pendidikan pada jenjang yang telah ditentukan oleh MMH-PPMH
3.     Peserta/Client
Peserta pendidikan dari Madrasah Diniyah ini adalah merupakan semua santri yang berstatus aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading Kasri Malang. Mulai dari siswa yang duduk di bangku SD hingga Mahasiswa Pascasarjana dapat menjadi siswa MMH. Selain itu, banyak siswa yang berasal dari luar pondok yakni santri kampung. Santri Kampung merupakan santri atau siswa yang mengikuti program Madrasah Diniyah namun tidak tinggal/menetap di PPMH.
Pembagian kelas dalam MMH tidak seperti Pendidikan Formal yang di posisikan berdasarkan Umur atau tingkat pendidikan Formal namun disesuaikan dengan tingkat kemampuan dalam memahami ilmu agama dari para santri. Jadi, tidak jarang seorang Mahasiswa Pascasarjana satu kelas dengan siswa SD. Semua peserta pendidikan di MMH merupakan santri yang jelas dilindungi oleh para dewan Masyayikh. 
4.     Narasumber
Nama                                    : Miftahul Husein
TTL                           : Kediri, 6 Juni 1990
Jabatan                      : Ketua Komplek H (Sunan Kalijaga) PPMH
Kamar                       : Bilik H-5
Kelas                         : Aktif Sebagai Siswa Kelas 3 Ulya





5.     Jadwal
Senin – Minggu Ba’da Isya’ 19.30 – 21.00 WIB
Gambar 1. Jadwal Pelajaran MMH

6.     Kepengurusan
SUSUNAN PENGURUS
MADRASAH DINIYAH SALAFIYAH MATHOLI’UL HUDA
TAHUN AJARAN 1434/1435 H (2013/2014 M)

1. Dewan Penasehat                                    : KH. Abdurrahman Yahya                               
2. Kepala Madrasah                                   : KH. Ahmad Arif Yahya
3. Wakil Kepala Madrasah                        : Ust. Drs.H.M.Khusairi, M.Pd
4. Dewan Pengembang                               : Ust. Drs.H.M.Asrukhin, M.Si.
                                                                       Ust. Drs.H.M.Murtadlo Amin 
5. Bidang Kurikulum           
a)     Agus Maulana Firdaus            (koordinator)
b)     M. Ali Hamdan                                  
c)     M. Alfan
d)    Ahmad Ashari.                       

6. Bidang BP & Kesiswaan
a)     Faruq Ziad                              (koordinator)
b)     Hendra Kurniawan
c)     Ulil Albab
d)    Sohib Muslim
e)     Sulthoni

7. Bidang Tata Usaha
a)     Luthfi Hakim.                                     (koordinator)
b)     Ahmad Hifni
c)     Dzin Nuroini
d)    Ibnur Rusi
e)     M. Abdul Muhid
f)      M. Alwan Nasihin
g)     Muhammad Munib
h)     Muhammad Sulthoni

8. Bidang Keuangan
a)     Ahmad Baihaqi                       (koordinator)

9. Bidang Hubungan Masyarakat (Humas)
a)     Ainurrahman                           (koordinator)
b)     Firmansyah
c)     Muklas Rowi
d)    Mukasyaf Ladayya
e)     Erwin Adi Winata
f)      M. Wildan Anshori
g)     Moch. Isa Ansori
h)     Amin Mustofa
LAPORAN OBSERVASI

Observasi dilakukan selama 3 hari pada tanggal 23-25 September 2014. Tidak ada kesulitan bagi evaluator untuk mendapatkan informasi detail karena evaluator sendiri tinggal di pondok pesantren Miftahul Huda. Pada hari pertama tanggal 23 september 2014 pada pukul 16.00 WIB evaluator langsung menemui bapak Miftahul Husein selaku ketua komplek H Sunan Kalijaga untuk wawancara jadwal kegiatan di PPMH dan MMH. Setelah proses wawancara selesai, evaluator berkeliling untuk mendapatkan data lain seperti Profil Lembaga. Selain itu, evaluator juga bertemu dan melakukan wawancara dengan beberapa pengurus MMH untuk mendapatkan data lengkap profil program.
Bapak Miftahul Husein Miftahul Husein lahir di Kediri, 6 Juni 1990. Beliau menjabat sebagai Ketua Komplek H (Sunan Kalijaga) PPMH dan tinggal di Bilik H-5 yang masih aktif Sebagai Siswa Kelas 3 Ulya MMH. Selain itu beliau juga Sarjana Ekonomi Pendidikan Universitas Negeri Malang yang baru lulus bulan September 2014.
Hari kedua pada tanggal 24 September 2014 evaluator melakukan observasi di lapangan untuk memverifikasi dari hasil wawancara. dari hasil observasi lapangan di ketahui bahwa MMH memiliki 1 gedung dengan tiga lantai da 15 ruang kelas, 1 ruang kantor MMH, dan 1 Lab. Bahasa lengkap dengan peralatannya. Tenaga pendidik adalah para alumni dari PPMH yang mengabdikan diri untuk memberikan ilmunya di MMH. Selain itu, evaluator juga melakukan observasi dengan turun langsung dalam kegiatan pembelajaran. Namun, evaluator tidak dapat mengambil gambar untuk dokumentasi karena dalam pondok terdapat peraturan untuk tidak mengaktifkan barang elektronik pada pukul 18.00 – 06.00 WIB.
Setelah proses observasi terlaksana, evaluator menyusun proposal evaluasi dan juga menentukan segi apa saja yang harus di evaluasi dari program pembelajaran tersebut. Dari hasil wawancara dan observasi lapangan evaluator menentukan aspek yang di evaluasi yakni proses pembelajaran MMH. Hal ini karena evaluator merasa ada yang sedikit kurang diperhatikan oleh pihak pengelola program tentang proses pembelajaran di MMH.

Model belajar salaf yang masih dipegang teguh oleh MMH tidak menjadi persoalan, namun yang harus diperhatikan adalah prosesnya yang terkadang tidak mendukung. Model belajar salaf yang dipakai adalah diskusi, sorogan, lalaran, dan membaca kitab. Sedangkan dalam praktiknya lebih mengutamakan sorogan dan sering tidak memberikan kesempatan santri untuk bertanya ketika model belajar sorogan berlangsung. Sorogan memang sangat bermanfaat, namun model belajar ini masih beranggapan bahwa fasilitator adalah yang paling mengerti dari isi buku dan prosesnya cenderung model belajar bank. Oleh karena itu, model belajar sorogan harus di evaluasi agar lebih bisa membuat para santri menjadi aktif dalam proses belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar