oleh : Maksum Akbar
A. LATAR
BELAKANG EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian.
Evaluasi juga dapat diartikan sebagai proses pengukuran
akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. Setiap program
pendidikan tentu memiliki tujuan yang akan dicapai. Banyak dari tujuan
pendidikan yang tidak tercapai dikarenakan kurangnya instropeksi dan kurangnya
pertimbangan dalam setiap kegiatan.
Evaluasi sangat berguna untuk mengetahui
sejauh mana keberlangsungan program. Apakah program berlangsung dengan baik
atau tidak semua dapat dilihat dengan mengadakan evaluasi terhadap program
tersebut. Berdasarkan studi observasi
yang kami lakukan diketahui bahwa madrasah
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul
Huda atau biasa disebut Madrasah Matholiul Huda (MMH) merupakan lembaga
pendidikan diniyah berbasis salaf yang ada di PP. Miftahul Huda. Lembaga
pendidikan ini fokus mengajarkan peserta didik (santri) dalam hal keagamaan (diniyah),
sepertifashohah dalam membaca al-Qur'an, fiqh, sejarah Nabi,
tajwid, tauhid, nahwu, shorof, tafsir, hadits, ilmu hisab dan
masih banyak yang lainnya. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem
salaf (kitab kuning) yang dipadu dengan metode pembelajaran yang berlandaskan
pada teori konstruktif dan kognitif seperti diskusi, tanya jawab, maupun
presentasi.
MMH memiliki tiga tingkatan kelas,
tingkatan pertama yaitu kelas Ula (terdiri dari 3 kelas: kelas 2 Ula, 3 Ula,
dan 4 Ula) , tingkatan kedua kelas Wustho (terdiri dari 3 kelas: kelas 1
Wustho, 2 Wustho, dan 3 Wustho), dan tingkatan kelas tertinggi adalah kelas
Ulya (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Ulya, 2 Ulya, dan 3 Ulya). Materi
pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik berlainan untuk setiap
tingkatan, semakin tinggi tingkatan kelas maka semakin mendalam materi
pembelajaran yang disampaikan. Saat ini MMH memiliki 47 pendidik dengan dibantu
10 staff madrasah (staff kantor MMH). Para pendidik MMH merupakan alumni dari
PP. Miftahul Huda yang mengabdikan dirinya guna kepentingan perkembangan dan
kemajuan MMH khususnya dan PPMH pada umumnya serta sebagai bentuk ta'dzim mereka
kepada Kyai/Masyayikh dan almamater PP. Miftahul Huda. Latar belakang
pendidikan formal para pendidik berasal dari berbagai macam Universitas dengan
berbagai macam jurusan (pendidikan/murni) dan konsentrasi, sehingga dengan
latar belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh pendidik akan sangat
menunjang dalam proses kegiatan belajar-mengajar khususnya inovasi metode pengajaran.
MMH memiliki satu gedung madrasah dengan
tiga lantai, satu kantor madrasah dan satu lab bahasa, dimana untuk setiap
lantai terdiri dari tiga sampai empat kelas. Adanya gedung madrasah ini tidak
lain diperuntukkan bagi peserta didik sebagai fasilitas penunjang dan sarana
pendidikan dengan harapan agar proses kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lancar, nyaman, dan juga kondusif, dengan tujuan akhir peserta didik
mampu lebih fokus menerima ilmu dan pengetahuan dari para pendidik. Untuk proses
belajar dan mengajar di MMH dilaksanakan setelah selesai sholat isya' (19.30 –
21.00).
Selain proses belajar-mengajar yang
dilaksanakan setelah sholat isya', staff madrasah MMH juga mencanangkan
kegiatan belajar-mengajar berupa lalaran (hafalan) yang dilakukan
pada hari Ahad (setiap pekan). Lalaran (hafalan) yang diprogramkan meliputi
hafalan surat-surat dalam al-Qur’an dan hafalan nadzom-an
nahwu/shorof. Kegiatan ini diwajibkan bagi peserta didik karena juga merupakan
bagian dari kurikulum Madrasah Matholiul Huda.
Madrasah diniyah dilingkungan pondok
pesantren merupakan lembaga keislaman yang secara spesifik melakukan kajian
ilmu-ilmu syari’at dalam upaya tafaqquh fiddin. Berdirinya madrasah diniyah
kini semakin dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan
perkembangan kebutuhan masyarakat dimasa depan. Pondok Pesantren Miftahul Huda
(PPMH) dalam upaya ikut serta membangun moral keagamaan bagi masyarakat membuka
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholi’ul Huda (MMH).
Berdasarkan
paparan tersebut, evaluator menitik beratkan evaluasi terhadap proses
pembelajaran yang ada pada Madrasah Matho’liul Huda yang meliputi bagaimana
cara ustadz memberikan pengajaran terhadap para santri dan juga bagaimana model
evaluasi yang dilakukan oleh para ustadz terhadap para santri. Dengan demikian
akan diketahui bagaimana cara mengajar dan evaluasi yang efktif dilakukan untuk
proses pembelajaran di MMH.
B.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi ini
adalah evaluator ingin mengetahui dan mengevaluasi proses pembelajaran dan
proses evaluasi yang ada pada MMH.
C.
Aspek yang di evaluasi
Beberapa aspek yang
akan dievaluasi dalam proses pembelajaran dan proses evaluasi yang ada meliputi
1.
Penataan ruangan yang kelas
2.
Metode pembelajaran
3.
Instruktur pembelajaran
4.
Evaluasi pembelajaran
D.
Motode
1.
Rancangan Evaluasi
Rancangan evaluasi
yang digunakan oleh evaluator adalah rancangan evaluasi menggunakan pendekatan
kualitatif. Hal ini dirasa cocok karena pendekatan kualitatif lebih menekankan
pada pemberian makna dari masing-masing pemberi informasi. Dengan demikian akan
mendapatkan data yang lebih akurat karena merupakan jawaban langsung dari para
pemberi informasi.
Sedangkan model
evaluasi yang digunakan oleh evaluator adalah model evaluasi goal free.
Orientasi goal-free mengartikan evaluasi sebagai suatu proses pendeskripsian
dan penentuan kegunaan atau manfaat (merit) program dengan secara sengaja
mengabaikan tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit dan mengkaji
seluruh aspek program yang tidak hanya terbatas pada apa yang ingin dihasilkan
oleh program, (Scriven, 1967, 1974; Stufflebeam, 1974). Jika goal attainment
evaluasi program terbatas pada hasil-hasil program yang diharapkan, goal-free
mengevaluasi seluruh hasil program. Tidak semua hasil program berkaitan dengan
tujuan yang diharapkan bahkan mungkin termasuk tujuan yang tidak diharapkan,
karena itu goal-free mengevaluasi hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan.
Bahkan lebih jauh lagi tujuan program yang dinyatakan secara eksplisit pun
perlu dievaluasi. Mungkin saja manfaat program yang dilaksanakan itu rendah
disebabkan oleh tujuan programnya memang rendah.
Orientasi goal-free
dirasa relevan karena proses pengumulan data dilakukan secara berkala. Dengan
pengumpulan data secara berkala diharapkan dapat memberikan kesinambungan dari
data yang ada dan menjadikan data tersebut bersifat valid.
2.
Populasi dan Sampel
Objek penelitian
yang menjadi sampel adalah para santri yang belajar di MMH. Santri merupakan
objek langsung yang mengalami proses pembelajaran dalam MMH. Dengan demikian data
yang diperoleh benar-benar real dan merupakan ungkapan langsung dari para
santri.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data
yang dilakukan oleh evaluator adalah teknik wawancara yang tidak terstruktur
yang nantinya dengan hal tersebut data akan diperoleh dengan lebih valid.
Wawancara adalah pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dari ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara merupakan hatinya
penelitian sosial, bila dilihat dalam jurnal ilmu sosial, maka akan ditemui
semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun
yang dalam Wawancara tak terstruktur pada dasarnya sama dengan wawancara yang
terstruktur. Perbedaannya adalah wawancara terstruktur merupakan wawancara yang
bebas dimana peneliti tak meggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan
dalam wawancara tak terstruktur adalah garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan.
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan
temuannya dapat diinformasikan pada orang lain. Menurut Miles and Huberman
(dalam Sugiyono, 2010:91-95), analisis data dilakukan melalui tiga tahapan
yaitu: tahap reduksi, tahap penyajian, dan tahap penyimpulan.
a. Tahap
Reduksi Data (Data Reduction)
Tahap reduksi adalah proses pemilihan
informasi yang relevan dan layak untuk disajikan dari informasi yang telah
terkumpul demikian banyak dan kompleks. Pada tahap ini data yang diperoleh dari
lapangan jumlanya cukup banyak, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci.
Tahap reduksi merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting kemudian menyederhanakan dalam bentuk rangkuman, dan
dicari polanya.
b. Tahap
Penyajian Data (Data display)
Tahap penyajian data adalah data yang
disajikan secara sistematis dan dalam konteks yang utuh sehingga akan lebih
mudah dalam memahami dan memungkinkan adanya penarikan kesimpulan serta
pengambilan tindakan dengan penyajian data akan dapat dipahami apa yang akan
terjadi dan apa yang harus dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, dan sejenisnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyajian data peneliti melakukan penyajian informasi atau data ke bentuk teks
naratif yang kemudian diringkas berdasarkan susunan yang diabstraksikan atau
disesuaikan dengan tema, maksud, dan tujuan.
c. Verifikasi
atau Penarikan Kesimpulan (Conclusion
drawing/verification)
Langkah terakhir menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat
hanya bersifat sementara dan dapat berubah apabila tidak terdapat fakta atau
bukti-bukti yang kuat dalam tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
5.
Pengembangan Instrument
Pengembangan instrumen dilakukan dengan beberapa
tahapan. Tahap pertama yakni merumuskan garis besar permasalahan yang akan
menjadi bahan pertanyaan untuk objek sampel. Dengan merumuskan garis besar
permasalahan maka akan didapatkan fokus yang akan dibahas dalam wawancara.
Setelah melakukan wawancara dan mendapatkan garis
besar fokus permasalahan, selanjutnya evaluator akan menganalisis data untuk
mendapatkan data yang akurat dan relevan dengan apa yang akan dievaluasi.
Analisis data yang menggunakan model reduksi diharapkan bisa mendapatkan data
yag valid. Evaluator yang lebih menekankan terhadap proses pembelajaran tentu
akan lebih fokus terhadap proses berlangsungnya kegiatan. Dengan demikian,
fokus kajian evaluasi akan lebih mendalam dan spesifik.
Setelah mendapatkan data lengkap dan valid,
selanjutnya evaluator mencoba membandingkan dengan teori yang sudah ada. Semua
temuan dilapangan tidak untuk membuktikan teori, namun teori dapat menjadi
acuan bagaimana alur evaluasi. Dengan demikian diharapkan dapat terbentuk
proses evaluasi yang diinginkan.
E.
Hasil Observasi
Temuan dilapangan membuktikan bahwa MMH masih memegang
erat model salafiyah. Hal ini terbukti dengan masih menggunakannya kitab kuning
sebagai bahan pembelajaran dan metode sorogan sebagai proses pembelajaran.
Selain itu, lalaran/hafalan yang menjadi ciri khas pesantren salaf juga masih
dipertahankan di MMH.
Namun, metode diskusi yang diharapkan dapat berjalan
lancar tidak belangsung sesuai harapan. Masih banyak ustadz yang menggunakan
metode belajar sistem Bank yang hanya memberi materi terhadapa santri. Para
ahli konstruktivisme berpendapat bahwa metode diskusi merupakan metode yang
efektif untuk membangun kecerdasan dan juga baik digunakan dalam metode
pembelajaran. Oleh karena itu, metode diskusi oleh para santri harus lebih
intens karena merupakan metode yang cocok mengingat banyak santri yang memiliki
latar belakang berbeda sehingga akan didaptkan pandangan yang lebih luas
tentang suatu materi .
Daftar
Pustaka
Sugiyono.2010.Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dan R&D.Bandung : Alfabeta
Lampiran .
1.
Profil Program Diniyah Matholi’ul
Huda
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholiul
Huda atau biasa disebut Madrasah Matholiul Huda (MMH) merupakan lembaga
pendidikan diniyah berbasis salaf yang ada di PP. Miftahul Huda. Lembaga
pendidikan ini fokus mengajarkan peserta didik (santri) dalam hal keagamaan
(diniyah), sepertifashohah dalam membaca al-Qur'an, fiqh, sejarah
Nabi, tajwid, tauhid, nahwu, shorof, tafsir, hadits, ilmu hisab dan
masih banyak yang lainnya. Sistem pembelajaran yang digunakan adalah sistem
salaf (kitab kuning) yang dipadu dengan metode pembelajaran yang berlandaskan
pada teori konstruktif dan kognitif seperti diskusi, tanya jawab, maupun
presentasi.
MMH memiliki tiga tingkatan kelas,
tingkatan pertama yaitu kelas Ula (terdiri dari 3 kelas: kelas 2 Ula, 3 Ula,
dan 4 Ula) , tingkatan kedua kelas Wustho (terdiri dari 3 kelas: kelas 1
Wustho, 2 Wustho, dan 3 Wustho), dan tingkatan kelas tertinggi adalah kelas
Ulya (terdiri dari 3 kelas: kelas 1 Ulya, 2 Ulya, dan 3 Ulya). Materi
pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik berlainan untuk setiap
tingkatan, semakin tinggi tingkatan kelas maka semakin mendalam materi
pembelajaran yang disampaikan. Saat ini MMH memiliki 47 pendidik dengan dibantu
10 staff madrasah (staff kantor MMH). Para pendidik MMH merupakan alumni dari
PP. Miftahul Huda yang mengabdikan dirinya guna kepentingan perkembangan dan
kemajuan MMH khususnya dan PPMH pada umumnya serta sebagai bentuk ta'dzim mereka
kepada Kyai/Masyayikh dan almamater PP. Miftahul Huda. Latar belakang pendidikan
formal para pendidik berasal dari berbagai macam Universitas dengan berbagai
macam jurusan (pendidikan/murni) dan konsentrasi, sehingga dengan latar
belakang pendidikan formal yang dimiliki oleh pendidik akan sangat menunjang
dalam proses kegiatan belajar-mengajar khususnya inovasi metode pengajaran.
MMH memiliki satu gedung madrasah dengan
tiga lantai, satu kantor madrasah dan satu lab bahasa, dimana untuk setiap
lantai terdiri dari tiga sampai empat kelas. Adanya gedung madrasah ini tidak
lain diperuntukkan bagi peserta didik sebagai fasilitas penunjang dan sarana
pendidikan dengan harapan agar proses kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lancar, nyaman, dan juga kondusif, dengan tujuan akhir peserta didik
mampu lebih fokus menerima ilmu dan pengetahuan dari para pendidik. Untuk
proses belajar dan mengajar di MMH dilaksanakan setelah selesai sholat isya'
(19.30 – 21.00).
Selain proses belajar-mengajar yang
dilaksanakan setelah sholat isya', staff madrasah MMH juga mencanangkan
kegiatan belajar-mengajar berupa lalaran (hafalan) yang
dilakukan pada hari Ahad (setiap pekan). Lalaran (hafalan) yang diprogramkan
meliputi hafalan surat-surat dalam al-Qur’an dan hafalan nadzom-an
nahwu/shorof. Kegiatan ini diwajibkan bagi peserta didik karena juga merupakan
bagian dari kurikulum Madrasah Matholiul Huda.
Madrasah diniyah dilingkungan pondok
pesantren merupakan lembaga keislaman yang secara spesifik melakukan kajian
ilmu-ilmu syari’at dalam upaya tafaqquh fiddin. Berdirinya madrasah diniyah
kini semakin dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi dan merespon perkembangan
perkembangan kebutuhan masyarakat dimasa depan. Pondok Pesantren Miftahul Huda
(PPMH) dalam upaya ikut serta membangun moral keagamaan bagi masyarakat membuka
Madrasah Diniyah Salafiyah Matholi’ul Huda (MMH).
Dalam perkembangannya MMH telah lebih
dari tiga dasa warsa telah menggunakan salah satu komponen pendidikan
pendidikan berupa kurikulum pesantren salafiyah yang secara independen telah
dibekukan. Namun, sebuah lembaga pendidikan, maka perubahan kurikulum dan
perangkat yang menyertainya merupakan sebuah keniscayaan sesuai dengan
perkembangan yang terjadi dimasyarakat sebagai obyek pendidikan.
2.
Tujuan program
a.
Menyesuaikan muatan materi
pendidikan di MMH-PPMH dengan kondisi siswa serta tuntutan masyarakat pada masa
sekarang dan masa yang akan datang.
b.
Mendesain alumnus MMH-PPMH yang
memiliki kemampuan untuk menjawab dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan
masyarakat.
Materi program
Ruang lingkup mata
pelajaran yang digunakan dalam proses pembentukan siswa yang memahami ilmu
agama dan pembentuan insan yang berjiwa taqwallah, menekanan pada fenonema ilmu
agama yang dibutuhan oleh masyarakat luas. Mata pelajaran ilmu agama meliputi :
pendalaman ilmu gramatikal bahasa (Nahwu, shorrof, balaghoh, mantiq),
pendalaman ilmu Syariat (fiqih,ushul fiqih), pendalaman ilmu ketauhidan
(hadits, tafsir), serta ditopang oleh pengkajian kitab-kitab yang diasuh
langsung oleh para masyayikh, yang mana pengkajian kitab-kitab tersebut
menunjang wawasan para santri tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan
pembelajaran kitab-kitab secara klasikal.
1).
Prioritas materi untuk tiap
jenjang pendidikan
a).
Tingkat Ula
(1).
Waktu tempuh 4 tahun
(2).
Penekanan materi :
(a). Pelajaran
membaca Al-Qur’an
(b). Membaca pego
(c). Memberi
makna kitab
(d). Shorof, ahlaq
dan dasar-dasar nahwu
b).
Tingkat Wustho
(1).
Waktu tempuh 3 tahun
(2).
Penekanan materi :
(a). Penguasaan
materi alat
(b). Pemakaian
bahasa komunikatif
(c). Membaca
kitab
(d). Syawir
c).
Tingkatan 'Ulya
(1).
Waktu tempuh 3 tahun
(2).
Penekanan materi :
(a). Pendalaman
(b). Pengembangan
terbimbing
2).
Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dan kelulusan siswa mengacu pada
standar penilaian pondok pesatren yang diembangkan sendiri oleh bidang
pengembang pondok pesantren. Kenaikan kelas ditentukan berdasarkan penilaian
dua semester proses pembelajaran dimadrasah, sedangkan kelulusan ditentukan
berdasarkan lama studi pendidikan pada jenjang yang telah ditentukan oleh
MMH-PPMH
3.
Peserta/Client
Peserta pendidikan dari Madrasah Diniyah ini adalah
merupakan semua santri yang berstatus aktif di Pondok Pesantren Miftahul Huda
Gading Kasri Malang. Mulai dari siswa yang duduk di bangku SD hingga Mahasiswa
Pascasarjana dapat menjadi siswa MMH. Selain itu, banyak siswa yang berasal
dari luar pondok yakni santri kampung. Santri Kampung merupakan santri atau
siswa yang mengikuti program Madrasah Diniyah namun tidak tinggal/menetap di
PPMH.
Pembagian kelas dalam MMH tidak seperti Pendidikan
Formal yang di posisikan berdasarkan Umur atau tingkat pendidikan Formal namun
disesuaikan dengan tingkat kemampuan dalam memahami ilmu agama dari para
santri. Jadi, tidak jarang seorang Mahasiswa Pascasarjana satu kelas dengan
siswa SD. Semua peserta pendidikan di MMH merupakan santri yang jelas
dilindungi oleh para dewan Masyayikh.
4.
Narasumber
Nama : Miftahul
Husein
TTL : Kediri, 6 Juni 1990
Jabatan : Ketua Komplek H (Sunan
Kalijaga) PPMH
Kamar : Bilik H-5
Kelas : Aktif Sebagai Siswa
Kelas 3 Ulya
5.
Jadwal
Senin –
Minggu Ba’da Isya’ 19.30 – 21.00 WIB
Gambar 1.
Jadwal Pelajaran MMH
6.
Kepengurusan
SUSUNAN PENGURUS
MADRASAH
DINIYAH SALAFIYAH MATHOLI’UL HUDA
TAHUN
AJARAN 1434/1435 H (2013/2014 M)
1. Dewan
Penasehat :
KH. Abdurrahman Yahya
2. Kepala
Madrasah :
KH. Ahmad Arif Yahya
3. Wakil Kepala Madrasah : Ust.
Drs.H.M.Khusairi, M.Pd
4. Dewan Pengembang : Ust.
Drs.H.M.Asrukhin, M.Si.
Ust. Drs.H.M.Murtadlo Amin
5. Bidang
Kurikulum
a) Agus Maulana Firdaus
(koordinator)
b) M. Ali
Hamdan
c) M. Alfan
d) Ahmad Ashari.
6. Bidang BP & Kesiswaan
a) Faruq
Ziad
(koordinator)
b) Hendra Kurniawan
c) Ulil Albab
d) Sohib Muslim
e) Sulthoni
7. Bidang Tata Usaha
a) Luthfi Hakim.
(koordinator)
b) Ahmad Hifni
c) Dzin Nuroini
d) Ibnur Rusi
e) M. Abdul Muhid
f) M. Alwan Nasihin
g) Muhammad Munib
h) Muhammad Sulthoni
8. Bidang Keuangan
a) Ahmad Baihaqi
(koordinator)
9. Bidang Hubungan Masyarakat (Humas)
a)
Ainurrahman
(koordinator)
b) Firmansyah
c) Muklas Rowi
d) Mukasyaf Ladayya
e) Erwin Adi Winata
f) M. Wildan Anshori
g) Moch. Isa Ansori
h) Amin Mustofa
LAPORAN OBSERVASI
Observasi dilakukan selama 3 hari pada
tanggal 23-25 September 2014. Tidak ada kesulitan bagi evaluator untuk
mendapatkan informasi detail karena evaluator sendiri tinggal di pondok
pesantren Miftahul Huda. Pada hari pertama tanggal 23 september 2014 pada pukul
16.00 WIB evaluator langsung menemui bapak Miftahul Husein selaku ketua komplek
H Sunan Kalijaga untuk wawancara jadwal kegiatan di PPMH dan MMH. Setelah
proses wawancara selesai, evaluator berkeliling untuk mendapatkan data lain
seperti Profil Lembaga. Selain itu, evaluator juga bertemu dan melakukan
wawancara dengan beberapa pengurus MMH untuk mendapatkan data lengkap profil
program.
Bapak Miftahul Husein Miftahul
Husein lahir di Kediri, 6 Juni 1990. Beliau menjabat sebagai Ketua Komplek H
(Sunan Kalijaga) PPMH dan tinggal di Bilik H-5 yang masih aktif Sebagai Siswa
Kelas 3 Ulya MMH. Selain itu beliau juga Sarjana Ekonomi Pendidikan Universitas
Negeri Malang yang baru lulus bulan September 2014.
Hari
kedua pada tanggal 24 September 2014 evaluator melakukan observasi di lapangan
untuk memverifikasi dari hasil wawancara. dari hasil observasi lapangan di
ketahui bahwa MMH memiliki 1 gedung dengan tiga lantai da 15 ruang kelas, 1
ruang kantor MMH, dan 1 Lab. Bahasa lengkap dengan peralatannya. Tenaga
pendidik adalah para alumni dari PPMH yang mengabdikan diri untuk memberikan
ilmunya di MMH. Selain itu, evaluator juga melakukan observasi dengan turun
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Namun, evaluator tidak dapat mengambil
gambar untuk dokumentasi karena dalam pondok terdapat peraturan untuk tidak
mengaktifkan barang elektronik pada pukul 18.00 – 06.00 WIB.
Setelah
proses observasi terlaksana, evaluator menyusun proposal evaluasi dan juga
menentukan segi apa saja yang harus di evaluasi dari program pembelajaran
tersebut. Dari hasil wawancara dan observasi lapangan evaluator menentukan aspek
yang di evaluasi yakni proses pembelajaran MMH. Hal ini karena evaluator merasa
ada yang sedikit kurang diperhatikan oleh pihak pengelola program tentang
proses pembelajaran di MMH.
Model
belajar salaf yang masih dipegang teguh oleh MMH tidak menjadi persoalan, namun
yang harus diperhatikan adalah prosesnya yang terkadang tidak mendukung. Model
belajar salaf yang dipakai adalah diskusi, sorogan, lalaran, dan membaca kitab.
Sedangkan dalam praktiknya lebih mengutamakan sorogan dan sering tidak
memberikan kesempatan santri untuk bertanya ketika model belajar sorogan
berlangsung. Sorogan memang sangat bermanfaat, namun model belajar ini masih
beranggapan bahwa fasilitator adalah yang paling mengerti dari isi buku dan
prosesnya cenderung model belajar bank. Oleh karena itu, model belajar sorogan
harus di evaluasi agar lebih bisa membuat para santri menjadi aktif dalam
proses belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar