Wellcome

Wellcome

Rabu, 03 Desember 2014

Evaluasi Program (kelompok 7)

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Program

Beragam pengertian tentang evaluasi program diberikan sesuai dengan latar belakang pakar dan sasaran yang dinilai. Oleh karena itu perlu dikemukakan beberapa pendapat pakar sebagai berikut. Paulson, dalam Grotelueschen (1976:17) mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses pengujian berbagai objek atau peristiwa tertentu dengan menggunakan ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk menentukan keputusan-keputusan yang sesuai. Berdasarkan pengertian ini, maka evaluasi program adalah kegiatan pengujian terhadap sesuatu fakta atau kenyataan sebagai bahan untuk pengambilan keputusan.
Pakar lain, Alkin (1981:11) bahwa evaluasi program merupakan proses yang berkaitan dengan penyiapan berbagai wilayah keputusan melalui pemilihan informasi yang tepat, pengumpulan dan analisis data, serta pelaporan yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam menentukan berbagai alternatif pilihan untuk menetapkan keputusan. Sejalan dengan pendapat di atas, Mugiadi (1980) menjelaskan bahwa evaluasi program adalah upaya pengumpulan informasi mengenai sesuatu program, kegiatan, proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain untuk memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, menghentikan suatu kegiatan, atau menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau kegiatan. Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan keputusan.
Syamsu Mappa (1984) mendefiniskan bahwa evaluasi program pendidikan luar sekolah sebagai kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan keberhasilan dan kegagalan suatu program pendidikan. Sedangkan Stake (1975) menggambarkan bahwa evaluasi program adalah kegiatan untuk merespon suatu program yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Stake mengemukakan bahwa evaluasi program pendidikan berorientasi langsung pada kegiatan dalam pelaksanaan program dan evaluasi dilakukan untuk merespon pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai program tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan, evaluasi program adalah kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Data adalah fakta, keterangan, atau informasi yang dapat ditarik generalisasi.

B.     Model-model Evaluasi
Terdapat bermacam-macam pendekatan (approach) dalam evaluasi program, sebagian telah digunakan secara luas dan sebagian lagi digunakan di kalangan terbatas. Fraser (1982) menunjukkan 23 pendekatan khusus dalam bidang evaluasi kurikulum. Guba dan Lincoln (1981) menyatakan lebih dari 40 pendekatan telah dibahas secara memadai dalam literatur evalusi program-program pendekatan dan pengembangan masyarakat sejak tahun 1967. Masing-masing pendekatan mempunyai pengertian evaluasi sesuai dengan orientasi yang telah dirumuskan oleh pakar-pakar dan pendukung-pendukungnya.
Untuk memahami pengertian evaluasi dan baiknya pendekatan-pendekatan evaluasi diklasifikasikan sesuai dengan orientasi yang terdapat di dalamnya. Istilah orientasi mengacu pada konsep umum evaluasi dan atas dasar konsep-konsep ini dikembangkan bermacam-macam prosedur evaluasi. Pendekatan-pendekatan evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi delapan orientasi, yaitu goal-attainment, goal-free, decision facilitation, nation-ideology, art cretician, illumination, adversary dan participatory (Kadir, 1986).

1.      ORIENTASI  KRITIK  SASTRA

Orientasi kritik sastra mengkonsepkan evaluasi sebagai suatu proses untuk meningkatkan kesadaran tentang bentuk-bentuk simbolik yang secara langsung mencerminkan suatu gagasan, citra (image) atau perasaan, sehingga seorang fasilitator atau warga belajar dapat bertingkah laku lebih intelegen di dalam kontek    di mana ia berada. Orientasi ini berdasarkan suatu asumsi bahwa pakar-pakar tertentu di dalam suatu bidang mampu melaksanakan evaluasi dan analisis mendalam yang tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara-cara yang terdapat pada orientasi lainnya. (Madaus, dkk, 1983). Elliot W. Eisner diakui sebagai tokoh utama dalam orientasi kritik sastra.
Eisner (1976, 1983) mengembangkan model evaluasi setelah mengkaji keadaan evaluasi pendidikan yang ada pada saat itu. Dia (1976) menyimpulkan bahwa model-model evaluasi mempunyai konsekuensi atau pengaruh yang sangat kuat terhadap karakter pembelajaran, isi kurikulum dan jenis tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah. Lebih jauh lagi, prosedur evaluasi pada dasarnya berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan pengetahuan alam dari segi epistemologinya, berdasarkan teknologi dari segi aplikasinya, dan mempunyai konsekuensi yang sering kali terbatas dan tidak cocok dengan jenis-jenis tujuan yang dapat dicapai dengan menggunakan orientasi kritik sastra. Orientasi ini mempunyai tiga aspek utama, yaitu (1) aspek diskriptif, (2) aspek interpretatif, dan (3) aspek evaluatif.
Tujuan evaluasi adalah untuk menyajikan informasi yang mendalam dan hidup tentang unsur-unsur program pendidikan, yang tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode-metode saintifik, untuk penyempurnaan program (Eisner, 1983). Orientasi ini menggunakan metode berdasarkan ‘subjectivist epistemology’ (House, 1983), yaitu metode kritik sastra (penggunaan secara sistematis sensitivitas persepsi, pengalaman masa silam dan wawasan yang telah disempurnakan). Karena itu evaluator harus seseorang yang telah dilatih dalam mengetrapkan kritik sastra untuk bidang evaluasi pendidikan. Dalam kerangka subjectivist epistemology, puncak kriteria benar dan baik adalah perasaan dan pemahaman (apprehension) individu-individu itu sendiri. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan partisipasi secara profesional, dan validitasnya relatif, tergantung pada individu dan konteknya.
Kelebihan dari orientasi ini antara lain adalah bahwa proses evaluasi dapat menolong evaluator untuk memahami seluruh nuansa yang terjadi pada objek yang di studi. Para evaluator kemudian dapat menyajikan informasi yang memungkinkan audience dapat melakukan analisis yang lebih cerah dan mendalam yang tidak mungkin dilaksanakan dengan cara lain, (Madaus dkk, 1983). Sebaliknya, kelemahannya adalah (1) hasil evaluasi barangkali tidak berguna untuk penyempurnaan program, dan (2) laporan barangkali terlalu rinci untuk aspek-aspek tertentu yang tidak diperlukan oleh audience. Lebih jauh lagi, kekurangan validitas external adalah kelemahan utama dari metode ini, dan hasil-hasil evaluasi tidak dapat digeneralisasi.
2.  ORIENTASI ILLUMINASI
Orientasi illuminasi memandang evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan pada waktu studi masih berlangsung. Orientasi ini memperhatikan informasi-informasi penting yang bersifat subjektif dan impressi, efek-efek yang tidak lazim dan gangguan lokal, dan mengakui kebutuhan-kebutuhan informasi dari audience yang berbeda-beda, (Fraser, 1982). Malcolm Parlett dan David Hamilton adalah tokoh utama orientasi ini. Parlett dan Hamilton (1979) telah mengembangkan orientasi illuminasi berdasarkan dua pertimbangan penting. Pertama, suatu sistem pembelajaran, setelah diadopsi menjadi sistem yang hidup dan akhirnya tidak cocok lagi dengan diskripsi katalog mereka. Kedua, program pengajaran dan pengembangan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan belajar. Struktur dan orang-orang yang berada di dalam lingkungan belajar pada akhirnya menjadi bagian dari sistem pembelajaran.
Orientasi illuminasi menggunakan metode berdasarkan subjectivist epistemologydan berfokus pada pengkajian innovasi sebagai  bagian integral dari lingkungan belajar (Parlett dan Hamilton, 1979) dengan maksud untuk menolong orang-orang yang berpartisipasi atau yang kena dampak program dapat memahami program mereka. Komponen utama dalam melaksanakan evaluasi adalah : (1) observasi terhadap ajang pendidikan; (2) seleksi tema melalui ‘focusing’ yang dilaksanakan secara progresif dan penyelidikan yang intensif; dan (3) analisis dan penjelasan tentang fakta. Seorang evaluator profesional diperlukan untuk melaksanakan evaluasi.

Kelebihan orientasi ini adalah sangat berguna dalam menolong orang-orang yang berpartisipasi didalamnya atau yang kena dampak program untuk memahami seluruh innovasi yang sedang berlangsung. Kelemahannya, kurang mendapatkan informasi yang terinci dan mengabaikan evaluasi terhadap keberhasilan program.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar