Oleh: Finda Dwi Ayuni
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan ( pembelajaran ) merupakan suatu proses yang tiada henti atau sering
disebut pendidikan berkelanjutan ( continuing education ). Sebenarnya,
pengertian ini mencakup pendidikan sejak
kecil hingga tua. Namun, pengertian yang lazim menafsirkan pendidikan
berkelanjutan sebagai kegiatan pendidikan yang dilakukan setelah dewasa atau
tamat dari lembaga pendidikan formal.
Pendidikan ( pembelajaran )
merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir
hingga akhir hayat yang diselenggarakan secara terbuka dan multimakna. Pembelajaran
sepanjang hayat ( life long learning ) berlangsung secara terbuka melalui jalur
formal, nonformal, informal yang dapat diakses oleh pesertadidik setiap saat
tidak dibatasi oleh usia, tempat, dan waktu. Pembelajaran dengan sistm terbuka atau
system pembeljaran jarak jauh diselenggarakan dengan fleksibel pilihan dan
waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan ( entry multy
exit system).
Pendidikan sepanjang hayat ( life long learning ) didasarkan pada
filosofi bahwa pendidikan haruslah terbuka dan mudah didapat oleh siapa pun
juga dalam masa depannya. Sejalan dengan konsep pendidikan sepanjang hayat,
UNESCO mendeklarasikan pendidikan untuk semua ( education for all ). Tujuannya
adalah untuk meningkatkan diri, pengayaan wawasan, maupun meningkatkan
keterampilan profesional dan teknis. Juga diyakini bahwa pendidikan tersebut
haruslah tersedia baik untuk diikuti penuh waktu maupun sebagian. Untuk memberikan
layanan pendidikan tersebut sebagai sumber belajar biasanya digunakan,
baik itu media cetak maupun non cetak,
elektronik maupun non elektronik, online maupun offline, dan sebagainya.
Mengingat tidak semua kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi
dengan cara – cara konvensional. Di sisi yang lain adanya berbagai ragam
karakteristik sasaran didik, kondisi social, ekonomi, budaya, dan geografis
tidak mukin pula memberikan pendidikan kepada seluruh orang dengan cara lama,
maka perlu dikembangkan pendidikan alternative pendidikan yang dapat memberikan
layanan pendidikan tersebut melalui pendidikan jarak jauh ( PJJ ).
B.
Tujuan Pendidikan Jarak Jauh
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem belajar terbuka atau jarak jauh pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan. Dengan sistem pendidikan terbuka dan atau jarak
jauh diharapkan dapat mengatasi masalah kesenjangan pemerataan kesempatan,
peningkatan mutu, relevansi, dan efisiensi dalam manajemen pendidikan yang
disebabkan oleh berbagai faktor hambatan seperti kondisi, jarak, tempat, dan
waktu.
BAB II
PEMBAHASAN
C.
Materi
Materi yang digunakan dalampembelajaran jarakjauh yaitu di
sesuaikan dengan tahapan kategori SD, SMP, SMA, Perguruan tinggi dengan sarana
media cetak ( modul ), siaran radio, siaran televisi pendidikan, computer dan
jaringan internet. Dengan begitu materi yang disampaikan akan berubah otomatis
ke dalam bentuk atau model online, interactive communications antara instruktur
dan peserta didik, mobility acces, serta user friendly. Bahan ajar dalam bentuk
multimedia dan dapat digabungkan ( konvergensi ) dengan teknologi aplikasi
lainnya.
D.
Peserta
Kelompok sasaran ( target audience ) yaitu peserta didik merupakan
salah satu komponen yang tidak kalah pentingnya dibandingkan tujuan
pembelajaran dan materi pembelajaran. Halini beralasan karena kematanagan
psikologis peserta didik sangat mempengaruhi terhadap cara belajarnya. Berikut
ini empat tipe karakteristik atau keadaan peserta didik yaitu :
1.
Factor
demografi, misalnya informasi tentang beberapa jumlah calon peserta didik,
berapa umurnya, apa jenis kelaminnya, kegemaran, serta masalah keadaan
geografis tempat tinggal.
2.
Factor
motivasi, misalnya informasi tentang mengapa mereka mengikuti pendidikan jarak
jauh ini, bagaimana hubungan pendidikan jarak jauh atau kegiatan pembelajaran
dengan pekerjaan mereka, mengapa mereka memilih untuk mengikuti pendidikan
jarak jauh ini, pembelajaran apa yang peserta didik inginkan dari pendidikan
jarak jauh ini.
3.
Factor belajar,
misalnya informasi tentang bagaimana intelegensia dan kapasitas mereka, apakah
mereka memiliki pengalaman waktu dan fasilitas yang memadai untuk belajar.
4.
Latar belakang
bidang keilmuan, misalnya informasi tentang pengetahuan,keterampilan, dan sikap
apayang telah mereka kuasai sehubungan dengan materi pembelajaran yang akan
mereka pelajari,apa yang mereka memiliki personal interest dan pengalaman yang
relevan.
E.
Narasumber
Pengajar sebagai narasumber dalam program pendidikan jarak jauh ini
diharapkan memiliki kualifikasi sebagai berikut: Memiliki pengalaman dalam
bidang ilmu dan secara fungsional memadai, memiliki kompetensi dalam bidang
ilmu yang diajarkan, sudah dilatih untuk program jarak jauh yang efektif,
bertanggungjawab terhadap pengembangan materi kuliah/belajar, menyiapkan
rencana belajar, memproduksi media dan sumber belajar, memilih materi
pendukung, menyampaikan pengajaran secara efektif, menentukan frekuensi tatap
muka serta menentukan cara dan bentuk evaluasi/penilaian.
Dapat dilihat bahwa pengajar pada program ini seharusnya memiliki
kemampuan mengorganisir yang lebih baik daripada pengajar biasa. Syarat utama
yang perlu diperhatikan adalah kemampuannya dalam penguasaan teknologi komunikasi
dan informasi serta kemampuan presentasi. Oleh karena itu konsekuensi bagi
institusi pendidikan tinggi yang ingin membuka program ini harus
mempertimbangkan program pelatihan bagi pengajar-pengajar dalam upaya memenuhi
persyaratan di atas.
Schlosser & Anderson (1993) dalam Sherry L, Issues in Distance
Learning mengidentifikasi bahwa beberapa ketrampilan baru yang harus dimiliki
para pengajar jarak jauh adalah: memahami filosofi pendidikan jarak jauh,
identifikasi karakteristik siswa, mendesain dan mengembangkan bahan-bahan studi
interaktif yang mudah diakses orang (menguasai berbagai macam teknologi
sehingga dapat menjangkau segala jenis kemampuan siswa), mampu mengadaptasi
strategi pengajaran jarak jauh, mampu mengorganisir sumber belajar dalam suatu
format yang cocok untuk belajar mandiri, terlatih dalam menggunakan sistem
informasi dan telekomunikasi, terlibat dalam organisasi kampus termasuk dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan (secara akademik), mampu mengevaluasi
siswa tidak hanya pencapaian secara kognisi saja tetapi sampai ke tingkat
afeksi, memiliki pengetahuan tentang hak cipta.
F.
Jadwal
Jadwal
pelaksanaan pendidikan jarak jauh pada dasarnya di sesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik serta kemauan dari peserta didik itu sendiri. Jadwal di buat
berdasarkan kesepakatan antara orang tua peserta didik, peserta didik, serta
pengajar. Dengan begitu peserta didik mendapatkan jadwal yang diinginkan serta
dapat dipertanggung jawabkan oleh peserta didik tersebut.
G.
Struktur
Organisasi.
Struktur organisasi di rancang mulai dari :
1.
Pemilik lembaga
2.
Ketua program
3.
Keadminitrasian
/ tata usaha
4.
Sub bidang
sarana dan prasarana
5.
Ketenagaan,
meliputi tutor atau pengajar, fasilitator , dll
DAFTAR
RUJUKAN
Warsita, Bambang.2011.Pendidikan
Jarak Jauh ( perancanagan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi ).Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar