Wellcome

Wellcome

Rabu, 03 Desember 2014

EVALUASI PENYELENGGARAAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL

oleh: suprapto

1.      LATAR BELAKANG EVALUASI
Pendidikan merupakan suatu dasar bagi sebuah Negara untuk dapat berkembang. UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1 mengatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur, yaitu: Jalur Pendidikan Sekolah dan Jalur Pendidikan Luar Sekolah.
Pendidikan Luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan nasional yang turut bertugas dan bertanggungjawab untuk mengantar bangsa agar siap menghadapi perkembangan jaman dan mampu meningkatkan kualitas hidup bangsa dimasa mendatang.
Pendidiakan luar sekolah diprioritaskan ke dalam beberapa progam, antara lain pemberantasan buta aksara, kejar paket, pendidikan anak usia dini, pendidiakan berkelanjutan, dan lain sebagainya. Dari beberapa program pendi-dikan luar sekolah tersebut penulis memutuskan untuk menyoroti tentang pemberantasan buta huruf. Karena penulis merasa bahwa program ini berhubungan dengan masyarakat golongan bawah. Jika program ini berhasil diimplementasikan maka dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan bawah.
Di Negara Ghana Program Keaksaraan Fungsional terbentuk sekitar tahun 1987, saat terjadi krisis ekonomi. Seperti yang ditulis oleh Aya Aoki tentang tentang Ghana's national functional literacy program dalam Australian Journal of Adult Learning Volume 45, Number 1, April 2005, menyebutkan "Between 1968 and 1986, in the midst of an economic decline in the country, adult literacy programs were left in the hands of various religious and secular organisations. Realizing the significance of nonformal learning approaches and the need to coordinate different nonformal education activities in the country, the government under the Rawlings administration created the Non-Formal Education Division in the Ministry of Education (NFED/MOE) in 1987. Motivation for the National Functional Literacy Program (NFLP) heightened after the 1989 census showed an adult illiteracy rate of 67% (The World Bank 1992, 1998)." Bahwa diantara tahun 1968-1986, ditengah-tengah krisis ekonomi di Ghana, Program Keaksaraan dijalankan oleh beraneka ragam organisasi-organisasi keagamaan dan duniawi. Dalam merealisasikan pendekatan pendidikan non formal dan kebutuhan untuk mengkoordinasi aktivitas pendidikan non formal yang berbeda di Ghana, pemerintah melalui The Rawlings administration membentuk divisi pendidikan non formal di dalam kementrian pendidikan (NFED/MOE) pada tahun 1987. Program Keaksaraan Fungsional Nasional (NFLP) semakin digencarkan setelah sensus menunjukkan bahwa tahun 1989 penyandang buta aksara di Negara Ghana menunjukkan angka 67% (The World Bank 1992, 1998).
Berbeda dengan di Indonesia, upaya pemberantasan buta huruf di Indonesia sudah dimulai sebelum kemerdekaan atau semasa perang kemerdekaan. Pada waktu itu para pejuang di samping bergerilya, juga memberikan pelajaran membaca dan menulis kepada rekan pejuang lainnya yang masih buta aksara dan kepada masyarakat luas. Setelah kemerdekaan ada program pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan melalui kursus-kursus PBH, yang lazim disebut "Kursus ABC".
Kemudian pada tahun 1964 dilakukan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) secara tradisional dan tahun 1965 Indonesia menyatakan bebas buta huruf, akan tetapi berdasarkan sensus tahun 1970 ternyata jumlah buta huruf masih mencapai 31 %. Oleh karena itu, mulai permulaan dekade tahun 70-an, dirintis program pemberantasan buta huruf gaya baru yang dikenal dengan Kejar Paket A, dan pada tahun 1995 mulai dikembangkan program Keaksaraan Fungsional (KF) yang sekarang ini menurut UU Nomor 20 tahun 2003 diistilahkan dengan Pendidikan Keaksaraan.
Program Pemberantasan Buta Huruf atau yang sekarang disebut dengan Program Keaksaraan Fungsional, merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk melayani warga masyarakat yang tidak sekolah dan atau putus sekolah dasar sehingga memiliki kemampuan keaksaraan. Program ini memiliki tujuan untuk memberdayakan warga belajar agar mampu membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Program Keaksaraan Fungsional merupakan bagian integral pengentasan masyarakat dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam kerangka makro pengembangan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Pemberantasan buta huruf menjadi sangat penting dan strategis mengingat pendidikan penduduk Indonesia masih rendah.
Sampai sekarang status tingkat keaksaraan di Indonesia masih belum menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya daerah yang masyarakatnya masih menyandang status buta aksara. Sebagai contoh, rekapitulasi data di Kecamatan X Kabupaten X bawah ini, menggambarkan bahwa masih banyak kepala keluarga yang tidak tamat SD, dimana hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup. Upaya mengatasi tantangan diatas, Direktorat Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda berusaha untuk mengintensifkan pelaksanaan program Keaksaraan Fungsional. Dengan peningkatan program tersebut, diharapkan dapat menekan laju tingkat kebutaaksaraan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Dakar pada tahun 2000, dimana pada tahun 2015 tingkat keaksaraan harus mencapai 50% untuk usia 15 sampai 44 tahun. Sementara tekad pemerintah sekarang, yakni menetapkan kebijakan pengurangan penduduk buta aksara 15 tahun ke atas hingga tinggal 5% pada tahun 2009, sedangkan penyandang buta aksara di Indonesia saat ini mencapai 12, 8 juta orang (8, 07%).

2.      TUJUAN EVALUASI
a.       Warga belajar diharapkan dapat menggunakan hasil belajar untuk mengatasi masalah kehidupan sendiri.
b.      Warga belajar termotifasi untuk menemukan jalan sumber-sumber kehidupannya.
c.       Warga dapat menjalani kehidupan yang efektif.
d.      Warga mampu memanfaatkan sumber-sumber penghidupan yang dimiliki.
e.       Warga mampu menggali, mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.

3.      ASPEK-ASPEK YANG DIEVALUASI
Dalam hal ini aspek-aspek yang dievaluasi pada program keaksaraan fungsional adalah:
a.       Persiapan
1.      Perekrutan warga belajar (criteria)
2.      Kemampuan tutor (criteria)
3.      Pemilihan buku ajar/modul
4.      Alat dan sarana yang digunakan
5.      Waktu yang digunakan (untuk evektivitas pembelajaran)
b.      Pelaksanaan
1.      keaktifan warga belajar
2.      efektivitas pembelajaran
3.      kesesuaian modul terhadap kemampuan warga belajar
4.      efektivitas penggunaan alat dan sarana
5.      efisiensi waktu
c.       rencana tindak lanjut
1.      efek yang dirasakan warga belajar
2.      kecocokan tutor dengan warga belajar
3.      pengukuran tingkat kemampuan warga belajar
4.      pemahaman bersama tentang keaksaraan fungsional

4.      METODE
A.    RANCANGAN EVALUASI
Evaluasi ini diarahkan untuk menghimpun, mengolah, dan menyajikan data seba-gai masukan untuk pengambilan keputusan. Model evaluasi ini digunakan berkaitan dengan upaya : 
a. Menentukan tipe keputusan yang akan diambil.
b. Mengidentifikasi urutan program yang akan dievaluasi.
c. Menyusun pertanyaan dan jawaban.
d. Menentukan kriteria keberhasilan.
Jenis­-jenis model evaluasi program yang termasuk  ke dalam kategori ini adalah : 
1)      Evaluasi program yang terpusat untuk pengambilan keputusan (Stufflebeam; Phi Delta Kappa). Model evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi empat unsur program yaitu konteks, masukan, proses, dan hasil (Contex, Input, Process, and Product atau CIPP) yang berkaitan dengan empat  ma-cam keputusan tentang perencanaan, struktur pelaksanaan, dan pendauran program.
2)       Evaluasi   perbedaan   tahapan   program  (Tripodi,   Fellin,   dan   Epstein).
Contohnya, mengidentifikasi kriteria yang perlu digunakan dalam 
Menyusun tiga tahapan program yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan eva-luasi program.
3)      Evaluasi kesenjangan program (Provus). Contohnya, mengidentifikasi standart proses pelaksanaan   dan   hasil   suatu   program,   serta   menggam-barkan kesenjangan dalam pelaksanaan program dengan  membanding-kan kenyataan yang ada sekarang dengan standart yang telah ditentukan  sebelumnya.
4)      Evaluasi tentang prioritas program (Boyle). Contohnya, menggambarkan 
kriteria yang dianggap   penting   dalam   menentukan   alternatif   prioritas kebutuhan   dan   prioritas program. 
5)      Evaluasi perkembangan (Lindvall dan Cox; Lamrock, Smith, dan Waren). Contohnya, menggambarkan proses yang digunakan untuk mengembangkan prototipe program yang akan diterapkan dalam berbagai waktu dan situasi tertentu di masa yang akan datang.
6)      Evaluasi sarana dan prasarana (Glass; Crane dan Abt). Contohnya,  evaluasi tentang pedoman   untuk   memilih   fasilitas   dan   alat­alat   yang digunakan   dalam   pelaksanaan program.
7)      Evaluasi   reaksi   warga   belajar.   Contohnya,   menyediakan   suatu   ringkasan penjelasan mengenai hasil tanggapan yang dihimpun dari warga  belajar program pembalajaran.
2. Evaluasi Unsur-­unsur Program
Penggunaan   evaluasi   program   ini   antara   lain   untuk   mengetahui   pengaruh pelaksanaan   program   terhadap   keputusan   kebijakan   publik,   system manajemen,dan pendekatan kelembagaan yang menekankan pendekatan 
kemanusiaan.
Jenis-­jenis model evaluasi program yang temasuk kategori ini adalah : 
a.       Model evaluasi pelaksanaan dan pengaruh program  (Freeman   and   Sheerwood).  Contohnya, evaluasi untuk mengidentifikasi pelaksanaan suatu program 
yang sistemik, sebagai implementasi kebijakan sosial (social policy), dan 
pengaruhnya bagi masyarakat.
b.      Model komponen aktual (Knox, Mezirow and Darkenwaid). Contohnya 
menggambarkan suatu sistem dengan menganalisis suatu program.
c.       Sistem pengelolaan program melalui  Program   Evaluation   and   Review Technique  (PERT),   organisasi   sebagai   sistem   yang   menyeluruh  (Young),  Model   Sistem   Makro (Alkin), Model Sistem dalam  Penyusu-nan Tujuan (Van Gigch and Hill), sistem kontak dalam   program  (Duft),  Sistem   manajemen   Informasi   (SEMIS),   Evaluasi   Program  Pengam-bilan Keputusan (Hesseling).
d.      Sistem   Sosial   Organisasi   melalui   Model   Sistem   Sosial  (Loomia),  Model­model Organisasi (Etzioni, Schulberg, and Baker), dan model  moti-vasi (Lewis).  Contohnya, mengevaluasi   berbagai   model   sosial   orga-nisasi   dengan   menitikberatkan   pada   unsur manusianya.

Evaluasi Hasil dan Pengaruh Program
Model ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.       Evaluasi Bebas terhadap Tujuan (Scriven). Contohnya, membandingkan  hasil yang telah dicapai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dan dinyatakan, sebagai tolok ukur dalam upaya menentukan efektivitas program
b.      Wilayah Hasil Program (Lamroch, Smith, dan Waren). Misalnya, mengi-dentifikasi tiga sumber informasi tentang hasil dan alat pengumpulan data yang dapat digunakan dalam menentukan efektivitas program.
c.       Model   Perubahan   Berganda  (Hayes   Jr).  Contohnya,   mengidenti-fikasi   berbagai   cara untuk mengetahui efektivitas perubahan.
d.      Dimensi   Efektivitas   Program  (Steele).  Contohnya,   mengklasifikasi   jenis-­jenis   hasil program yang diharapkan dapat dicapai dalam program  pembangunan masyarakat dan dalam mendata sumber-­sumber informa-sinya.
e.       Efektivitas   Metode  (Wilson   dan   Gallup).   Misalnya,   menyajikan   berbagai contoh penggunaan data hasil program untuk menguji  kesahihan    metode­-metode penyusunan program.
f.       Evaluasi   Pengaruh   Program  (Borus   dan   Tash).   Contohnya,   menya-jikan pengaruh program secara berlanjut dalam jangka panjang.
g.      Kebijakan Umum (Berlak). Contohnya, menyajikan kerangka untuk meli-hat hubungan antara penyusunan program dengan kebijakan umum.
h.      Evaluasi Institusional (Forehand). Contohnya, menyediakan kerangka  acuan evaluasi.
i.        Indikator­-indikator Sosial (Paulson). Contohnya, menggunakan indikator­-indikator sosial sebagai alat untuk mengukur kemajuan masyarakat.
j.        Model­model Riset (Weis, Longest, Cain, dan Hollister). Contohnya,  meninjau kembali model­-model tradisional yang digunakan dalam evalu-asi hasil.
k.      Pengujian   Efisiensi.   Contohnya,   mengidentifikasi   peranan  cost­benefit   analysis  yang berkaitan dengan hasil­hasil program.
l.        Akuntabilitas  (Accountability).   Contohnya,   menyajikan   konsep   pemanduan dan identifikasi aktivitas yang berhubungan antara satu  dgn  yang lainnya.
m.    Model   Pembiayaan   Perubahan  (Bramley).   Contohnya,   biaya   peru-bahan, analisis efektivitas biaya, dan analisis keuntungan pembiayaan.

B.     TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai  berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung (tatapmuka) antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau  pen-jawab (interviewee). Penulis menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in­depth 
interviewing), yaitu wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat mengarah pada kedalaman informasi. Hal ini dilakukan guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi  dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini  subjek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai  responden (H. B. Sutopo, 2002 : 59). Wawancara ini dilakukan dalam waktu dan kondisi­-kondisi yang paling tepat guna mendapatkan kejelasan tentang hal-hal yang  berkaitan dengan pelaksanaan program Pemberantasan Buta Aksara 
oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pendidikan setempat.
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatandan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti (M. Hariwijaya dan Triton 2008 : 63). Dalam penelitian ini Penulis mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan tentang keadaan atau fenomena yang diselidiki/dijumpai secara sistematis.   Terutama saat pelaksanaan proses pembelajaran dalam program Pemberantasan Buta Aksara.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan jalan membaca  dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang ada hubungannya dengan meteri  Penelitian serta pengumpulan data berdasarkan catatan yang berupa dokumen/arsip­arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan program Pemberantasan Buta  Aksara dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia.

C.     TEKNIK ANALISIS DATA
Analsis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analsis tersebut, data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian, sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang benar. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dengan berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi. Hasil dari perolehan data, dianalisis secar tepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula. Proses analisis data ada tiga unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis, yaitu: Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan Simpulan atau Verifikasi.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H. B. Sutopo (2002 : 94­-96),  ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari  fieldnote. Proses ini berlangsung terus sampai laporan akhir Penelitian selesai disusun.
b. Sajian Data (Data Display)`
Merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan. Riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data, Penulis akan mengerti apa yang  terjadi dan memungkinkan Penulis untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.
c. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing)
Dalam awal pengumpulan data Penulis sudah harus mulai mengerti apa arti dari  hal­-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturan­peraturan, pola­pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat,  dan berbagai proporsisehingga memudahkan dalam pengambilan data kesimpulan.Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktivitas secara interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam penelitian ini, Penulis tetap bergerak diantara ketiga komponen pengumpulan data dan pengam-bilan simpulan dengan menggunakan waktu yang ada. Proses analisis  data  meng-gunakan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar  1
Skema Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data

Reduksi data                                                             sajian data

Penarikan simpulan
(Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman, dalam H. B. Sutopo, 2002 : 96).

















PROFIL PROGRAM
KEAKSARAAN FUNGSIONAL



PROFIL PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL

1.      JUDUL
PENYELENGGARAAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL
2.      LATAR BELAKANG PROGRAM
Program pemberantasan buta huruf merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana pemerintah telah menempuh banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik melalui jalan formal maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum memadai, terbukti dengan masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang predikat buta aksara dan buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya warga negara mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat kemiskinan sehingga warga tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf. Bahkan mereka enggan untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun ada kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Masyarakat yang seperti itu tidak akan mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Untuk memotivasi warga yang buta aksara dalam pembelajarannya maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur yang ada agar tingkat buta aksara dapat diperkecil.
Sebagai lanjutan program kerja dari pemerintah daerah yang akan mengentaskan buta aksara bagi warganya. Salah satunya melalui program kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang di dalamnya terdapat kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF). Untuk menopang terbentuknya warga masyarakat yang mampu membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG).

3.      TUJUAN
1.Warga belajar
Memperoleh keterampilan dasar untuk baca, tulis, hitung serta mampu berbahasa Indonesia. Memperoleh keterampilan-keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan warga belajar sehari-hari, sehingga, warga belajar mampu untuk meningkatkan kualitas kehidupannya.
2.Pengelola
Sebagai acuan bagi petugas Pendidikan Luar Sekolah (PLS), SKB, PKBM dan Tutor dalam menyelenggarakan program Keaksraaan Fungsional.
3.Pemerintah daerah
Sebagai umpan balik untuk menyusun perencanaan program Keaksaraan Fungsional di masa yang akan datang. Sebagai acuan bagi penyelenggara, penilik dan TLD dalam menye-lenggarakan program Keaksaraan Fungsional untuk menghindari terjadinya penyimpangan, penyimpangan.
4.      MATERI
Tahap Pemberantasan
Membaca
1. Mengenal huruf vokal (aj, u,e,o)
2. Mengenal beberapa huruf konsonan ( b,c,d,e, d1l)
3. Membedakan vokal dan konsonan
4. Merangkai huruf menjadi kata (2-3 suku kata), dan masih dibantu orang lain
5. Membaca kata dengan dieja
6. Membaca kalmat tanpa memperhatikan tanda baca
7. Membaca kalimat dengan benar
8. Mengetahui istilah berdasarkan tempat susunan kata (dengan kata-kata yang familiar)
Menulis
1. Menulis nama sendiri
2. Menulis beberapa kata, tapi masih perlu bantuan orang
3. Mencontoh/menyalin tulisan orang lain
4. Menulis kata/kalimat yang sudah dikenal
5. Menulis satu kalimat dengan bantuan orang lain
6. Menulis kalimat dengan menggunakan tanda baca (?, .)
7. Menulis kalimat dengan meng-gunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan)
8. Menulis beberapa kalimat repetisi (± 3 baris dengan 3–5 kata )
Berhitung
1. Mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan dengan melihat uang.
2. Mengenal simbol operasional ( +, - )
3. Menghitung bilangan dengan menggunakan satu simbul +1 -, x,
4. Mengenal ukuran panjang
5. Mengenal ukuran berat
6. Mengenal ukuran takaran

5.      PESERTA/CLIEN
1.Warga Belajar
a.Buta huruf murni
b.Putus SD kelas 1, 2 dan 3
c.Prioritas usia 10 — 44 tahun,
d.Pengganguran, dan masyarakat yang berpengahasilan rendah
e.Jumlah warga belajar dalam setiap pelaksanaan program ±20 warga belajar.

6.      NARASUMBER
Persyaratan
1.Berpendidikan minimal SUP
2.Tenaga sukarela
3.Diutamakan dari daerah setempat
4.Minimal 1 Tutor untuk per kelompok belajar
5.Ada pelatihan Tutor dan Master Trainer Keaksaraan Fungsional di setriap propinsi.

7.      STRUKTUR ORGANISASI
1)Ketua
2)Sekretaris
3)Bendahara, dan anggota


EVALUASI
KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Program pemberantasan buta huruf merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana pemerintah telah menempuh banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik melalui jalan formal maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum memadai, terbukti dengan masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang predikat buta aksara dan buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya warga negara mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat kemiskinan sehingga warga tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat yang buta aksara jarang sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf. Bahkan mereka enggan untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun ada kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Masyarakat yang seperti itu tidak akan mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Untuk memotivasi warga yang buta aksara dalam pembelajarannya maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan karakter dan kultur yang ada agar tingkat buta aksara dapat diperkecil.
Sebagai lanjutan program kerja dari pemerintah Kota Batu yang akan mengentaskan buta aksara bagi warganya. Salah satunya melalui program kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang di dalamnya terdapat kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF). Untuk menopang terbentuknya warga masyarakat yang mammpu membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Bagaimana tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan?
2.      Bahan ajar, media, dan sumber apakah yang digunakan dalam pembela-jaran keaksaraan fungsional ?
3.      Apa hambatan dan bagaimana mengatasi hambatan yang dihadapi Warga Belajar?
4.      Bagaimana kemajuan dan hasil belajar yang dicapai Warga Belajar selama proses kegiatan berlangsung?

C.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari laporan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) ini adalah :
1.      Untuk mengetahui tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.      Untuk mengetahui bahan belajar, media dan sumber yang digunakan
3.      Untuk mengetahui hambatan dan strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi Warga Belajar.
4.      Untuk mengetahui kemajuan dan hasil yang dicapai oleh Warga Belajar selama proses kegiatan berlangsung.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kegiatan Pembelajaran yang Dilaksanakan
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) dilaksanakan meliputi beberapa tahapan. Ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Menentukan kesepakatan belajar yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 17 Februari 2014 (terdapat dalam lampiran)
Kesepakatan belajar tersebut dengan mempertimbangkan waktu yang dimiliki oleh Warga Belajar dan Tutor, sehingga disepakati bahwa kegiatan belajar ber-langsung seminggu sekali yaitu setiap Minggu Pukul 16.00 s/d 17.30 Wib.
b.      Mengidentifikasi kemampuan awal dan kebutuhan belajar WB
Kegiatan identifikasi ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Warga Belajar yang kemudian dituangkan ke dalam formulir Format 1a (terdapat dalam lampiran).
c.       Membuat Program Kegiatan Pembelajaran
Program ini dibuat sekali selama kegiatan berlangsung sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan pembelajaran sekaligus sebagai batasan-batasan materi yang akan disampaikan kepada Warga Belajar.
d.      Melaksanakan proses pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sangat tergantung pada situasi dan kondisi Warga Belajar agar mereka merasa nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan papan tulis sebagai tempat menulis tutor dan Warga Belajar serta buku tulis sebagai tempat menulis Warga Belajar.





Tahapan-tahapan
a.      Pengenalan nama dan tempat tanggal lahir
no
Nama
TTL
1
Elly
Sidoarjo, 2 Februari 1983
2
Yayuk Sulastri
Malang, 25 Mei 1969
3
Tutik
Malang, 15 Desember 1974
4
Sarini
Malang, 1969
5
Mesiyah
Malang, 11 Agustus 1983
6
Wati
Banyuwangi, 1960
7
Sumiyah
Malang, 5 Juli 1962
8
Meskana
Malang, 24 September 1975
9
Tutik
Malang, 2 April 1972
10
Hartini
Malang, 12 Desember 1956
11
Linda
Malang, 19 Juli 1970
12
Murtini
Malang, 8 Desember 1962
13
Sutrisni
Malang, 1949
14
Satuni
Malang, 1968
15
Jumirah
Malang, 1987
16
Atin
Malang, 1958
17
Riyatin
2 Mei 1973
18
Sunarwati
9 Desember 1974
19
Agis
17 Agustus 1969

e.       Melakukan penilaian proses dan hasil belajar Warga Belajar
Penilaian proses dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan dari masing-masing Warga Belajar sedangkan hasil belajar diperoleh setelah tutor memberikan evaluasi akhir pada setiap pertemuan.





B.     Bahan Belajar, Media dan Sumber yang Dipergunakan
1.      Bahan Belajar
Bahan belajar sangat besar maanfaatnya dalam pemahaman materi oleh Warga Belajar. Bahan Belajar ini disesuaikan dengan kebutuhan Warga Belajar, seperti tersebut di bawah ini :
a.       benang
b.      jarum
2. Media
a. koran
b. laptop

3.      Sumber
Selain menggunakan bahan belajar dan media pembelajaran, proses pembelajaran juga sangat memerlukan sumber-sumber belajar seperti :
a.       Buku Tematik KF
b.      Resep makanan
c.       Formulir KTP
d.      Membuat surat
e.       Membuat daftar belanja

C.    Hambatan dan Strategi Mengatasi Hambatan
1.      Hambatan
Hambatan yang ditemui dalam penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional (tingkat keaksaraan dasar) adalah sebagai berikut :
a.       Keterbatasan kemampuan Warga Belajar sehingga proses pembelajaran terhambat.
b.      Warga Belajar kurang aktif dalam pembelajaran
c.       Warga  Belajar masih malu-malu untuk mengikuti pembelajaran
d.      Warga Belajar kurang memperhatikan penjelasan tutor



2.      Strategi yang digunakan untuk mengatasi hambatan
Strategi yang dilakukan oleh tutor dalam mengatasi hambatan atau masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.       Warga Belajar yang kurang aktif dibentuk menjadi kelompok kecil dan diberikan permasalahan untuk dibahas. Tugasnya tutor mendampingi dengan memberikan motivasi-motivasi.
b.      Warga belajar yang masih merasa malu diberikan motivasi dan pendekatan persuasif serta memberikan gambaran tentang pentingnya pembelajaran keaksaraan fungsional bagi kehidupannya di masyarakat.
c.       Warga Belajar yang kurang memperhatikan dibentuk kelompok kecil dan kemudian penyampaian materi melalui satu per satu dari kelompok kecil tersebut.

D.    Komentar tentang Kemajuan dan Hasil Belajar Warga Belajar
No
Nama WB
Komentar Tutor
1
Elly
-
Kemampuan membaca sudah cukup lancar
-
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
2
Yayuk Sulastri
-
Kemampuan membaca sudah lancar
-
Kemampuan menulis sudah lancar
-
Kemampuan menghitung sudah lancar
3
Tutik
-
Kemampuan membaca sudah lancar
-
Kemampuan menulis sudah lancar
-
Kemampuan menghitung sudah lancar
4
Sarini
-
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
5
Mesiyah
-
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
6
Wati
-
Kemampuan membaca sudah lancar
-
Kemampuan menulis sudah lancar
-
Kemampuan menghitung sudah lancar
7
Sumiyah
-
Kemampuan membaca sudah lancar
-
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
-
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
8
Meskana

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
9
Tutik

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
10
Hartini

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
11
Linda

Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
12
Murtini

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
13
Sutrini

Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
14
Satuni

Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
15
Jumirah

Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
16
Atin

Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
17
Riyatin

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah lancar
18
Sunarwati

Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
19
Agis

Kemampuan menghitung sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar

E.     Dokumentasi kegiatan keaksaraan fungsional
   
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Untuk menuju ke arah kemajuan harus didukung oleh kemampuan dan keterampilan yang memadai. Untuk itu semua orang yang peduli terhadap pendidikan untuk ikut mengupayakan agar warga masyarakat yang belum bisa “CALISTUNG” mendapatkan pendidikan yang layak.
2.      Dalam proses pembelajaran, kegiatan yang dirancang harus dapat memotivasi Warga Belajar serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi Warga Belajar.
3.      Evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan Warga Belajar serta untuk memberikan gambaran mengenai hasil dan dampak kegiatan yang dilaksanakan.

B.     Saran
Dari apa yang disajikan di depan kiranya dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1.      Para guru yang peduli terhadap pendidikan, hendaknya melakukan suatu upaya untuk memajukan para warga masyarakat yang masih mengalami keterbelakangan agar bisa meningkatkan taraf hidupnya.

2.      Untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar hendaknya tutor mengajak Warga Belajar untuk menyusun Program, RPP, dan menentukan materi yang akan dipelajari sesuai dengan situasi dan kondisi Warga Belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar