1. LATAR
BELAKANG EVALUASI
Pendidikan merupakan
suatu dasar bagi sebuah Negara untuk dapat berkembang. UU Nomor 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1 mengatakan bahwa
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 (dua) jalur, yaitu: Jalur
Pendidikan Sekolah dan Jalur Pendidikan Luar Sekolah.
Pendidikan Luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan nasional yang turut bertugas dan bertanggungjawab untuk mengantar bangsa agar siap menghadapi perkembangan jaman dan mampu meningkatkan kualitas hidup bangsa dimasa mendatang.
Pendidikan Luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan nasional yang turut bertugas dan bertanggungjawab untuk mengantar bangsa agar siap menghadapi perkembangan jaman dan mampu meningkatkan kualitas hidup bangsa dimasa mendatang.
Pendidiakan luar
sekolah diprioritaskan ke dalam beberapa progam, antara lain pemberantasan buta
aksara, kejar paket, pendidikan anak usia dini, pendidiakan berkelanjutan, dan
lain sebagainya. Dari beberapa program pendi-dikan luar sekolah tersebut
penulis memutuskan untuk menyoroti tentang pemberantasan buta huruf. Karena
penulis merasa bahwa program ini berhubungan dengan masyarakat golongan bawah.
Jika program ini berhasil diimplementasikan maka dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat golongan bawah.
Di Negara Ghana
Program Keaksaraan Fungsional terbentuk sekitar tahun 1987, saat terjadi krisis
ekonomi. Seperti yang ditulis oleh Aya Aoki tentang tentang Ghana's national
functional literacy program dalam Australian Journal of Adult Learning Volume
45, Number 1, April 2005, menyebutkan "Between
1968 and 1986, in the midst of an economic decline in the country, adult
literacy programs were left in the hands of various religious and secular
organisations. Realizing the significance of nonformal learning approaches and
the need to coordinate different nonformal education activities in the country,
the government under the Rawlings administration created the Non-Formal
Education Division in the Ministry of Education (NFED/MOE) in 1987. Motivation
for the National Functional Literacy Program (NFLP) heightened after the 1989
census showed an adult illiteracy rate of 67% (The World Bank 1992,
1998)." Bahwa diantara tahun 1968-1986, ditengah-tengah krisis ekonomi di
Ghana, Program Keaksaraan dijalankan oleh beraneka ragam organisasi-organisasi
keagamaan dan duniawi. Dalam merealisasikan pendekatan pendidikan non formal
dan kebutuhan untuk mengkoordinasi aktivitas pendidikan non formal yang berbeda
di Ghana, pemerintah melalui The Rawlings administration membentuk divisi
pendidikan non formal di dalam kementrian pendidikan (NFED/MOE) pada tahun
1987. Program Keaksaraan Fungsional Nasional (NFLP) semakin digencarkan setelah
sensus menunjukkan bahwa tahun 1989 penyandang buta aksara di Negara Ghana
menunjukkan angka 67% (The World Bank 1992, 1998).
Berbeda dengan di
Indonesia, upaya pemberantasan buta huruf di Indonesia sudah dimulai sebelum
kemerdekaan atau semasa perang kemerdekaan. Pada waktu itu para pejuang di
samping bergerilya, juga memberikan pelajaran membaca dan menulis kepada rekan
pejuang lainnya yang masih buta aksara dan kepada masyarakat luas. Setelah
kemerdekaan ada program pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan melalui
kursus-kursus PBH, yang lazim disebut "Kursus ABC".
Kemudian pada tahun
1964 dilakukan Pemberantasan Buta Huruf (PBH) secara tradisional dan tahun 1965
Indonesia menyatakan bebas buta huruf, akan tetapi berdasarkan sensus tahun
1970 ternyata jumlah buta huruf masih mencapai 31 %. Oleh karena itu, mulai
permulaan dekade tahun 70-an, dirintis program pemberantasan buta huruf gaya
baru yang dikenal dengan Kejar Paket A, dan pada tahun 1995 mulai dikembangkan
program Keaksaraan Fungsional (KF) yang sekarang ini menurut UU Nomor 20 tahun
2003 diistilahkan dengan Pendidikan Keaksaraan.
Program Pemberantasan
Buta Huruf atau yang sekarang disebut dengan Program Keaksaraan Fungsional,
merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk melayani warga masyarakat yang
tidak sekolah dan atau putus sekolah dasar sehingga memiliki kemampuan
keaksaraan. Program ini memiliki tujuan untuk memberdayakan warga belajar agar
mampu membaca, menulis, berhitung dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Program Keaksaraan Fungsional merupakan bagian integral pengentasan masyarakat
dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan dalam
kerangka makro pengembangan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Pemberantasan buta huruf menjadi sangat penting dan strategis mengingat
pendidikan penduduk Indonesia masih rendah.
Sampai sekarang
status tingkat keaksaraan di Indonesia masih belum menggembirakan. Hal ini
dapat dilihat dari masih banyaknya daerah yang masyarakatnya masih menyandang
status buta aksara. Sebagai contoh, rekapitulasi data di Kecamatan X Kabupaten
X bawah ini, menggambarkan bahwa masih banyak kepala keluarga yang tidak tamat
SD, dimana hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup. Upaya mengatasi tantangan
diatas, Direktorat Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda berusaha untuk
mengintensifkan pelaksanaan program Keaksaraan Fungsional. Dengan peningkatan
program tersebut, diharapkan dapat menekan laju tingkat kebutaaksaraan di
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Dakar pada tahun 2000, dimana
pada tahun 2015 tingkat keaksaraan harus mencapai 50% untuk usia 15 sampai 44
tahun. Sementara tekad pemerintah sekarang, yakni menetapkan kebijakan
pengurangan penduduk buta aksara 15 tahun ke atas hingga tinggal 5% pada tahun
2009, sedangkan penyandang buta aksara di Indonesia saat ini mencapai 12, 8
juta orang (8, 07%).
2. TUJUAN
EVALUASI
a.
Warga
belajar diharapkan dapat menggunakan hasil belajar untuk mengatasi masalah
kehidupan sendiri.
b.
Warga
belajar termotifasi untuk menemukan jalan sumber-sumber kehidupannya.
c.
Warga
dapat menjalani kehidupan yang efektif.
d.
Warga
mampu memanfaatkan sumber-sumber penghidupan yang dimiliki.
e.
Warga
mampu menggali, mempelajari pengetahuan, ketrampilan dan sikap sehingga
memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan
bangsa.
3. ASPEK-ASPEK
YANG DIEVALUASI
Dalam
hal ini aspek-aspek yang dievaluasi pada program keaksaraan fungsional adalah:
a. Persiapan
1. Perekrutan
warga belajar (criteria)
2. Kemampuan
tutor (criteria)
3. Pemilihan
buku ajar/modul
4. Alat
dan sarana yang digunakan
5. Waktu
yang digunakan (untuk evektivitas pembelajaran)
b. Pelaksanaan
1. keaktifan
warga belajar
2. efektivitas
pembelajaran
3. kesesuaian
modul terhadap kemampuan warga belajar
4. efektivitas
penggunaan alat dan sarana
5. efisiensi
waktu
c. rencana
tindak lanjut
1. efek
yang dirasakan warga belajar
2. kecocokan
tutor dengan warga belajar
3. pengukuran
tingkat kemampuan warga belajar
4. pemahaman
bersama tentang keaksaraan fungsional
4. METODE
A. RANCANGAN
EVALUASI
Evaluasi ini diarahkan untuk menghimpun, mengolah, dan menyajikan data seba-gai masukan untuk pengambilan keputusan. Model evaluasi ini digunakan berkaitan dengan upaya :
a.
Menentukan tipe keputusan yang akan diambil.
b.
Mengidentifikasi urutan program yang akan dievaluasi.
c.
Menyusun pertanyaan dan jawaban.
d.
Menentukan kriteria keberhasilan.
Jenis-jenis model evaluasi program yang termasuk ke dalam kategori ini adalah :
1)
Evaluasi program yang terpusat untuk pengambilan keputusan (Stufflebeam; Phi Delta Kappa). Model evaluasi ini dilakukan untuk mengidentifikasi empat unsur program yaitu konteks, masukan, proses, dan hasil (Contex, Input, Process, and Product atau CIPP) yang berkaitan dengan empat
ma-cam keputusan tentang perencanaan, struktur pelaksanaan, dan pendauran program.
2)
Evaluasi perbedaan tahapan program
(Tripodi, Fellin, dan Epstein).
Contohnya, mengidentifikasi kriteria yang perlu digunakan dalam
Menyusun tiga tahapan program yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan eva-luasi program.
3)
Evaluasi kesenjangan program (Provus). Contohnya, mengidentifikasi standart proses pelaksanaan
dan hasil suatu program, serta
menggam-barkan kesenjangan dalam pelaksanaan program dengan
membanding-kan kenyataan yang ada sekarang dengan standart yang telah ditentukan
sebelumnya.
4)
Evaluasi tentang prioritas program (Boyle). Contohnya, menggambarkan
kriteria yang dianggap
penting dalam menentukan alternatif
prioritas kebutuhan dan prioritas program.
5)
Evaluasi perkembangan (Lindvall dan Cox; Lamrock, Smith, dan Waren). Contohnya, menggambarkan proses yang digunakan untuk mengembangkan prototipe program yang akan diterapkan dalam berbagai waktu dan situasi tertentu di masa yang akan datang.
6)
Evaluasi sarana dan prasarana (Glass; Crane dan Abt). Contohnya,
evaluasi tentang pedoman untuk memilih fasilitas
dan alatalat yang digunakan dalam
pelaksanaan program.
7)
Evaluasi reaksi warga
belajar. Contohnya, menyediakan suatu ringkasan penjelasan mengenai hasil tanggapan yang dihimpun dari warga
belajar program pembalajaran.
2.
Evaluasi Unsur-unsur Program
Penggunaan
evaluasi program ini antara lain
untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan program
terhadap keputusan kebijakan publik, system
manajemen,dan pendekatan kelembagaan yang menekankan pendekatan
kemanusiaan.
Jenis-jenis model evaluasi program yang temasuk kategori ini adalah :
a.
Model evaluasi pelaksanaan dan pengaruh program
(Freeman and Sheerwood). Contohnya, evaluasi untuk mengidentifikasi pelaksanaan suatu program
yang sistemik, sebagai implementasi kebijakan sosial (social policy), dan
pengaruhnya bagi masyarakat.
b.
Model komponen aktual (Knox, Mezirow and Darkenwaid). Contohnya
menggambarkan suatu sistem dengan menganalisis suatu program.
c.
Sistem pengelolaan program melalui
Program Evaluation and Review Technique (PERT),
organisasi sebagai sistem yang menyeluruh
(Young), Model Sistem Makro (Alkin), Model Sistem dalam
Penyusu-nan Tujuan (Van Gigch and Hill), sistem kontak dalam
program (Duft), Sistem manajemen
Informasi (SEMIS), Evaluasi Program Pengam-bilan Keputusan (Hesseling).
d.
Sistem Sosial Organisasi
melalui Model Sistem Sosial (Loomia),
Modelmodel Organisasi (Etzioni, Schulberg, and Baker), dan model
moti-vasi (Lewis). Contohnya, mengevaluasi
berbagai model sosial orga-nisasi dengan
menitikberatkan pada unsur manusianya.
Evaluasi Hasil dan Pengaruh Program
Model ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Evaluasi Bebas terhadap Tujuan (Scriven). Contohnya, membandingkan
hasil yang telah dicapai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dan dinyatakan, sebagai tolok ukur dalam upaya menentukan efektivitas program
b.
Wilayah Hasil Program (Lamroch, Smith, dan Waren). Misalnya, mengi-dentifikasi tiga sumber informasi tentang hasil dan alat pengumpulan data yang dapat digunakan dalam menentukan efektivitas program.
c.
Model Perubahan Berganda (Hayes
Jr). Contohnya, mengidenti-fikasi berbagai
cara untuk mengetahui efektivitas perubahan.
d.
Dimensi Efektivitas Program (Steele).
Contohnya, mengklasifikasi jenis-jenis
hasil program yang diharapkan dapat dicapai dalam program
pembangunan masyarakat dan dalam mendata sumber-sumber informa-sinya.
e.
Efektivitas Metode (Wilson
dan Gallup). Misalnya, menyajikan berbagai contoh penggunaan data hasil program untuk menguji
kesahihan metode-metode penyusunan program.
f.
Evaluasi Pengaruh Program (Borus
dan Tash). Contohnya, menya-jikan pengaruh program secara berlanjut dalam jangka panjang.
g.
Kebijakan Umum (Berlak). Contohnya, menyajikan kerangka untuk meli-hat hubungan antara penyusunan program dengan kebijakan umum.
h.
Evaluasi Institusional (Forehand). Contohnya, menyediakan kerangka
acuan evaluasi.
i.
Indikator-indikator Sosial (Paulson).
Contohnya, menggunakan indikator-indikator sosial sebagai alat untuk mengukur kemajuan masyarakat.
j.
Modelmodel Riset (Weis, Longest, Cain, dan Hollister). Contohnya,
meninjau kembali model-model tradisional yang digunakan dalam evalu-asi hasil.
k.
Pengujian Efisiensi. Contohnya,
mengidentifikasi peranan costbenefit analysis
yang berkaitan dengan hasilhasil program.
l.
Akuntabilitas (Accountability).
Contohnya, menyajikan konsep pemanduan dan identifikasi aktivitas yang berhubungan antara satu
dgn yang lainnya.
m. Model
Pembiayaan Perubahan (Bramley). Contohnya,
biaya peru-bahan, analisis efektivitas biaya, dan analisis keuntungan pembiayaan.
B. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a.
Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui komunikasi langsung (tatapmuka)
antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya
atau pen-jawab (interviewee). Penulis menggunakan teknik wawancara dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth
interviewing), yaitu wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat mengarah pada
kedalaman informasi. Hal ini dilakukan guna menggali pandangan subjek yang
diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi
dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini
subjek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai
responden (H. B. Sutopo, 2002 : 59). Wawancara ini dilakukan dalam waktu dan kondisi-kondisi yang paling tepat guna mendapatkan kejelasan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan program Pemberantasan Buta Aksara
oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Pendidikan setempat.
b.
Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatandan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti (M. Hariwijaya dan Triton 2008 : 63). Dalam penelitian ini Penulis mengadakan pengamatan langsung dan pencatatan tentang keadaan
atau fenomena yang diselidiki/dijumpai secara sistematis. Terutama saat pelaksanaan proses pembelajaran dalam program Pemberantasan
Buta Aksara.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah teknik pengumpulan data dengan jalan membaca dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang ada hubungannya dengan meteri
Penelitian serta pengumpulan data berdasarkan catatan yang berupa dokumen/arsiparsip yang berhubungan dengan
pelaksanaan program Pemberantasan Buta Aksara dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
C. TEKNIK
ANALISIS DATA
Analsis data merupakan bagian yang
amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analsis tersebut, data mentah
yang telah dikumpulkan oleh peneliti dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian, sehingga akan didapat suatu kesimpulan
yang benar. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dengan berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, dokumentasi. Hasil dari
perolehan data, dianalisis secar tepat agar simpulan yang diperoleh tepat pula.
Proses analisis data ada tiga unsur yang dipertimbangkan oleh penganalisis,
yaitu: Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan Simpulan atau Verifikasi.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat 3 komponen pokok. Menurut Miles dan Huberman dalam H. B. Sutopo (2002 : 94-96),
ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari
fieldnote. Proses ini berlangsung terus sampai laporan akhir Penelitian selesai disusun.
b. Sajian Data (Data Display)`
Merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan. Riset dapat
dilakukan dengan melihat suatu penyajian data, Penulis akan mengerti apa
yang terjadi dan memungkinkan
Penulis untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan
lain berdasarkan pemahaman tersebut.
c. Penarikan Simpulan (Conclusion Drawing)
Dalam awal pengumpulan data Penulis sudah harus mulai mengerti apa arti dari
hal-hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan peraturanperaturan, polapola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat,
dan berbagai proporsisehingga memudahkan dalam pengambilan data kesimpulan.Dalam proses analisisnya, ketiga komponen tersebut akan beraktivitas secara interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam penelitian ini, Penulis tetap bergerak
diantara ketiga komponen pengumpulan data dan pengam-bilan simpulan
dengan menggunakan waktu yang ada. Proses analisis
data meng-gunakan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Skema Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi data sajian
data
Penarikan
simpulan
(Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman, dalam H. B. Sutopo, 2002 : 96).
PROFIL PROGRAM
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
PROFIL
PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL
1. JUDUL
PENYELENGGARAAN PROGRAM
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
2. LATAR
BELAKANG PROGRAM
Program pemberantasan buta huruf
merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana pemerintah telah menempuh
banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik melalui jalan formal
maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum memadai, terbukti dengan
masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang predikat buta aksara dan
buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya warga negara
mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat kemiskinan sehingga warga
tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat yang buta aksara jarang
sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf. Bahkan mereka enggan
untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun ada
kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Masyarakat yang seperti itu tidak
akan mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Untuk memotivasi warga yang
buta aksara dalam pembelajarannya maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter dan kultur yang ada agar tingkat buta aksara dapat diperkecil.
Sebagai
lanjutan program kerja dari pemerintah daerah yang akan mengentaskan buta
aksara bagi warganya. Salah satunya melalui program kegiatan belajar masyarakat
(PKBM) yang di dalamnya terdapat kegiatan Keaksaraan Fungsional (KF). Untuk menopang
terbentuknya warga masyarakat yang mampu membaca, menulis, dan berhitung
(CALISTUNG).
3. TUJUAN
1.Warga belajar
Memperoleh keterampilan dasar untuk
baca, tulis, hitung serta mampu berbahasa Indonesia. Memperoleh
keterampilan-keterampilan fungsional yang bermakna bagi kehidupan warga belajar
sehari-hari, sehingga, warga belajar mampu untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya.
2.Pengelola
Sebagai acuan bagi petugas Pendidikan Luar Sekolah (PLS), SKB, PKBM dan Tutor dalam menyelenggarakan program Keaksraaan Fungsional.
Sebagai acuan bagi petugas Pendidikan Luar Sekolah (PLS), SKB, PKBM dan Tutor dalam menyelenggarakan program Keaksraaan Fungsional.
3.Pemerintah daerah
Sebagai umpan balik untuk menyusun
perencanaan program Keaksaraan Fungsional di masa yang akan datang. Sebagai
acuan bagi penyelenggara, penilik dan TLD dalam menye-lenggarakan program
Keaksaraan Fungsional untuk menghindari terjadinya penyimpangan, penyimpangan.
4. MATERI
Tahap Pemberantasan
Membaca
1. Mengenal huruf vokal (aj, u,e,o)
1. Mengenal huruf vokal (aj, u,e,o)
2. Mengenal beberapa huruf konsonan
( b,c,d,e, d1l)
3. Membedakan vokal dan konsonan
4. Merangkai huruf menjadi kata (2-3
suku kata), dan masih dibantu orang lain
5. Membaca kata dengan dieja
6. Membaca kalmat tanpa
memperhatikan tanda baca
7. Membaca kalimat dengan benar
8. Mengetahui istilah berdasarkan
tempat susunan kata (dengan kata-kata yang familiar)
Menulis
1. Menulis nama sendiri
Menulis
1. Menulis nama sendiri
2. Menulis beberapa kata, tapi masih
perlu bantuan orang
3. Mencontoh/menyalin tulisan orang
lain
4. Menulis kata/kalimat yang sudah
dikenal
5. Menulis satu kalimat dengan
bantuan orang lain
6. Menulis kalimat dengan
menggunakan tanda baca (?, .)
7. Menulis kalimat dengan
meng-gunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan)
8. Menulis beberapa kalimat repetisi
(± 3 baris dengan 3–5 kata )
Berhitung
1. Mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan dengan melihat uang.
1. Mengenal angka satuan, puluhan, ratusan, ribuan dengan melihat uang.
2. Mengenal simbol operasional ( +,
- )
3. Menghitung bilangan dengan
menggunakan satu simbul +1 -, x,
4. Mengenal ukuran panjang
5. Mengenal ukuran berat
6. Mengenal ukuran takaran
5. PESERTA/CLIEN
1.Warga Belajar
a.Buta huruf murni
b.Putus SD kelas 1, 2 dan 3
c.Prioritas usia 10 — 44 tahun,
d.Pengganguran, dan masyarakat yang
berpengahasilan rendah
e.Jumlah warga belajar dalam setiap
pelaksanaan program ±20 warga belajar.
6. NARASUMBER
Persyaratan
1.Berpendidikan minimal SUP
2.Tenaga sukarela
3.Diutamakan dari daerah setempat
4.Minimal 1 Tutor untuk per kelompok
belajar
5.Ada pelatihan Tutor dan Master
Trainer Keaksaraan Fungsional di setriap propinsi.
7. STRUKTUR
ORGANISASI
1)Ketua
2)Sekretaris
3)Bendahara, dan anggota
2)Sekretaris
3)Bendahara, dan anggota
EVALUASI
KEGIATAN
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Program pemberantasan buta huruf
merupakan tindak lanjut dari amanat UUD 1945, dimana pemerintah telah menempuh
banyak cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik melalui jalan formal
maupun non formal. Tetapi hasil yang dicapai belum memadai, terbukti dengan
masih banyaknya tingkat warga negara yang menyandang predikat buta aksara dan
buta aksara lanjutan. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya warga negara
mendapat kesempatan belajar akibat tingginya tingkat kemiskinan sehingga warga
tidak dapat memfasilitasi dirinya untuk belajar.
Masyarakat yang buta aksara jarang
sekali mengakui secara terbuka bahwa dirinya buta huruf. Bahkan mereka enggan
untuk mau belajar membaca, menulis, berhitung serta berkomunikasi. Walaupun ada
kemauan tetapi terhambat oleh kemiskinan. Masyarakat yang seperti itu tidak
akan mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Untuk memotivasi warga yang
buta aksara dalam pembelajarannya maka diperlukan pendekatan yang sesuai dengan
karakter dan kultur yang ada agar tingkat buta aksara dapat diperkecil.
Sebagai lanjutan program kerja dari pemerintah Kota Batu
yang akan mengentaskan buta aksara bagi warganya. Salah satunya melalui program
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang di dalamnya terdapat kegiatan
Keaksaraan Fungsional (KF). Untuk menopang terbentuknya warga masyarakat yang
mammpu membaca, menulis, dan berhitung (CALISTUNG).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan?
2.
Bahan
ajar, media, dan sumber apakah yang digunakan dalam pembela-jaran keaksaraan
fungsional ?
3.
Apa
hambatan dan bagaimana mengatasi hambatan yang dihadapi Warga Belajar?
4.
Bagaimana
kemajuan dan hasil belajar yang dicapai Warga Belajar selama proses kegiatan
berlangsung?
C.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari laporan kegiatan pembelajaran
keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui tahapan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2.
Untuk
mengetahui bahan belajar, media dan sumber yang digunakan
3.
Untuk
mengetahui hambatan dan strategi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi Warga Belajar.
4.
Untuk
mengetahui kemajuan dan hasil yang dicapai oleh Warga Belajar selama proses
kegiatan berlangsung.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kegiatan Pembelajaran yang
Dilaksanakan
Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar) dilaksanakan
meliputi beberapa tahapan. Ini dilakukan agar kegiatan pembelajaran dapat
berjalan efektif.
Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan
kesepakatan belajar yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu pada tanggal 17
Februari 2014 (terdapat dalam lampiran)
Kesepakatan
belajar tersebut dengan mempertimbangkan waktu yang dimiliki oleh Warga Belajar
dan Tutor, sehingga disepakati bahwa kegiatan belajar ber-langsung seminggu
sekali yaitu setiap Minggu Pukul 16.00 s/d 17.30 Wib.
b.
Mengidentifikasi
kemampuan awal dan kebutuhan belajar WB
Kegiatan
identifikasi ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada Warga
Belajar yang kemudian dituangkan ke dalam formulir Format 1a (terdapat dalam
lampiran).
c.
Membuat
Program Kegiatan Pembelajaran
Program
ini dibuat sekali selama kegiatan berlangsung sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran sekaligus sebagai batasan-batasan materi yang akan
disampaikan kepada Warga Belajar.
d.
Melaksanakan
proses pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan sangat tergantung pada
situasi dan kondisi Warga Belajar agar mereka merasa nyaman dalam mengikuti
proses pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan papan tulis
sebagai tempat menulis tutor dan Warga Belajar serta buku tulis sebagai tempat
menulis Warga Belajar.
Tahapan-tahapan
a. Pengenalan
nama dan tempat tanggal lahir
no
|
Nama
|
TTL
|
1
|
Elly
|
Sidoarjo, 2 Februari 1983
|
2
|
Yayuk Sulastri
|
Malang, 25 Mei 1969
|
3
|
Tutik
|
Malang, 15 Desember 1974
|
4
|
Sarini
|
Malang, 1969
|
5
|
Mesiyah
|
Malang, 11 Agustus 1983
|
6
|
Wati
|
Banyuwangi, 1960
|
7
|
Sumiyah
|
Malang, 5 Juli 1962
|
8
|
Meskana
|
Malang, 24 September 1975
|
9
|
Tutik
|
Malang, 2 April 1972
|
10
|
Hartini
|
Malang, 12 Desember 1956
|
11
|
Linda
|
Malang, 19 Juli 1970
|
12
|
Murtini
|
Malang, 8 Desember 1962
|
13
|
Sutrisni
|
Malang, 1949
|
14
|
Satuni
|
Malang, 1968
|
15
|
Jumirah
|
Malang, 1987
|
16
|
Atin
|
Malang, 1958
|
17
|
Riyatin
|
2 Mei 1973
|
18
|
Sunarwati
|
9 Desember 1974
|
19
|
Agis
|
17 Agustus 1969
|
e.
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar Warga Belajar
Penilaian proses dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
untuk mengetahui perkembangan dari masing-masing Warga Belajar sedangkan hasil
belajar diperoleh setelah tutor memberikan evaluasi akhir pada setiap
pertemuan.
B.
Bahan Belajar, Media dan Sumber yang
Dipergunakan
1. Bahan Belajar
Bahan
belajar sangat besar maanfaatnya dalam pemahaman materi oleh Warga Belajar.
Bahan Belajar ini disesuaikan dengan kebutuhan Warga Belajar, seperti tersebut
di bawah ini :
a. benang
b. jarum
2. Media
a. koran
b. laptop
3. Sumber
Selain
menggunakan bahan belajar dan media pembelajaran, proses pembelajaran juga
sangat memerlukan sumber-sumber belajar seperti :
a.
Buku
Tematik KF
b.
Resep
makanan
c.
Formulir
KTP
d.
Membuat
surat
e.
Membuat
daftar belanja
C.
Hambatan dan Strategi Mengatasi
Hambatan
1. Hambatan
Hambatan
yang ditemui dalam penyelenggaraan Keaksaraan Fungsional (tingkat keaksaraan
dasar) adalah sebagai berikut :
a.
Keterbatasan
kemampuan Warga Belajar sehingga proses pembelajaran terhambat.
b.
Warga
Belajar kurang aktif dalam pembelajaran
c.
Warga Belajar masih malu-malu untuk mengikuti
pembelajaran
d.
Warga
Belajar kurang memperhatikan penjelasan tutor
2. Strategi yang digunakan untuk
mengatasi hambatan
Strategi
yang dilakukan oleh tutor dalam mengatasi hambatan atau masalah yang dihadapi
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Warga
Belajar yang kurang aktif dibentuk menjadi kelompok kecil dan diberikan
permasalahan untuk dibahas. Tugasnya tutor mendampingi dengan memberikan
motivasi-motivasi.
b.
Warga
belajar yang masih merasa malu diberikan motivasi dan pendekatan persuasif
serta memberikan gambaran tentang pentingnya pembelajaran keaksaraan fungsional
bagi kehidupannya di masyarakat.
c.
Warga
Belajar yang kurang memperhatikan dibentuk kelompok kecil dan kemudian
penyampaian materi melalui satu per satu dari kelompok kecil tersebut.
D.
Komentar tentang Kemajuan dan Hasil
Belajar Warga Belajar
No
|
Nama WB
|
Komentar Tutor
|
|
1
|
Elly
|
-
|
Kemampuan membaca sudah cukup lancar
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
2
|
Yayuk Sulastri
|
-
|
Kemampuan membaca sudah lancar
|
-
|
Kemampuan menulis sudah lancar
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
||
3
|
Tutik
|
-
|
Kemampuan membaca sudah lancar
|
-
|
Kemampuan menulis sudah lancar
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
||
4
|
Sarini
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
5
|
Mesiyah
|
-
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
6
|
Wati
|
-
|
Kemampuan membaca sudah lancar
|
-
|
Kemampuan menulis sudah lancar
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
||
7
|
Sumiyah
|
-
|
Kemampuan membaca sudah lancar
|
-
|
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
|
||
-
|
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
||
8
|
Meskana
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
9
|
Tutik
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
10
|
Hartini
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
11
|
Linda
|
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
12
|
Murtini
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
13
|
Sutrini
|
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
14
|
Satuni
|
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
15
|
Jumirah
|
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
16
|
Atin
|
|
Kemampuan membaca sudah ada peningkatan
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah ada peningkatan
|
17
|
Riyatin
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah ada peningkatan
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
18
|
Sunarwati
|
|
Kemampuan membaca sudah lancar
Kemampuan menulis sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
19
|
Agis
|
|
Kemampuan menghitung sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
Kemampuan menghitung sudah lancar
|
E. Dokumentasi kegiatan keaksaraan
fungsional
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil kegiatan pembelajaran keaksaraan fungsional (tingkat keaksaraan dasar)
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Untuk
menuju ke arah kemajuan harus didukung oleh kemampuan dan keterampilan yang
memadai. Untuk itu semua orang yang peduli terhadap pendidikan untuk ikut
mengupayakan agar warga masyarakat yang belum bisa “CALISTUNG” mendapatkan
pendidikan yang layak.
2.
Dalam
proses pembelajaran, kegiatan yang dirancang harus dapat memotivasi Warga
Belajar serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi Warga Belajar.
3.
Evaluasi
sangat penting dilakukan untuk mengetahui perkembangan Warga Belajar serta
untuk memberikan gambaran mengenai hasil dan dampak kegiatan yang dilaksanakan.
B.
Saran
Dari
apa yang disajikan di depan kiranya dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1.
Para
guru yang peduli terhadap pendidikan, hendaknya melakukan suatu upaya untuk
memajukan para warga masyarakat yang masih mengalami keterbelakangan agar bisa
meningkatkan taraf hidupnya.
2.
Untuk
meningkatkan efektifitas hasil belajar hendaknya tutor mengajak Warga Belajar
untuk menyusun Program, RPP, dan menentukan materi yang akan dipelajari sesuai
dengan situasi dan kondisi Warga Belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar